Kamis, 28 Januari 2021

Khaulah Binti Azur, Pedang Allah dari Kalangan Perempuan "The Black Rider"

Binaayatulilmi.comIslam telah melahirkan banyak pahlawan. Sebuah agama yang turun di gurun pasir nan gersang bisa mengubah peta peradaban dunia. Lahirnya para pahlawan membuat Islam bisa menggema ke seantero bumi.

Bukan kaum lelaki saja yang bisa menjadi pahlawan Islam. Kaum perempuan pun bisa menjadi sosok yang menginspirasi. Bahkan, di medan perang.


Salah satu sosok pahlawan Muslimah di medan jihad adalah Khaulah binti Azur. Jika julukan "Pedang Allah" untuk kalangan laki-laki disematkan kepada Khalid bin Walid, maka Khaulah adalah "Pedang Allah" dari kalangan perempuan.

Keberaniannya amat besar. Bahkan, ketangguhan Khaulah saat berjihad melawan Romawi di medan jihad menginspirasi pasukan kaum Muslimin yang berisi para lelaki.

Awalnya, Khaulah bertugas seperti halnya mukminah lain sebagai petugas medis. Mengobati pasukan Muslimin yang terluka. Namun, saat mengetahui kakak kandungnya, Dhirara bin Azur, tertawan musuh, keberanian Khaulah bangkit.

Khaulah dan kakaknya sangat dekat. Bahkan, Dhirara-lah yang mengajarkan tentang ilmu perang kepada Khaulah. Khaulah sendiri cukup mumpuni memainkan senjata. Fisiknya juga menunjang. Ia tegap, tinggi, dan gesit. Khaulah juga jago menunggangi kuda.

Maka diambillah senjata, kemudian ia menutup seluruh tubuhnya kecuali matanya saja. Berpaculah Khaulah menyeruak ke pasukan musuh. Pasukan yang saat itu dipimpin Khalid bin Walid sedang terpukul. Mereka terdesak oleh serangan raksasa Romawi.

Namun, mereka terkesiap. Mereka melihat, dalam barisan kaum Muslimin, seorang ksatria yang gagah berani datang menunggang kuda. Ia menyergap setiap musuh Allah dan membunuhnya. Tak tampak ketakutan sama sekali. Pasukan kaum Muslimin pun terheran, siapakah gerangan ksatria yang berani menyerang saat pasukan terdesak?

Tidak tampak wajahnya, hanya sekelebat pandangan mata. Sang panglima, Khalid bin Walid, juga turut penasaran. Maka diikutilah sang penunggang kuda tersebut di tengah-tengah pertempuran.

Saat mendekati pejuang misterius tersebut, Khalid berkata, "Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu." Khaulah belum mau menjawab pertanyaan sang panglima perang karena masih banyak musuh yang harus dihadapinya.

Khalid mengejar, lalu mengulangi pertanyaannya. Khaulah pun menjawab, "Aku Khaulah binti Azur. Aku melihat Kakakku, Dhirara tertangkap. Aku datang untuk menolongnya, membebaskan Kakakku yang berperang di jalan Allah." Para pejuang Islam terkejut mengetahui pejuang misterius itu seorang perempuan.

Kehadiran Khaulah di medan perang memberi andil dalam memenangkan perjuangan tentara Islam. Tapi, nasib kakaknya belum jelas karena sampai akhir peperangan keberadaannya belum diketahui. Teka-teki itu pun terjawab setelah Romawi mengajak damai. Dhirara ditawan di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi.

Khaulah tidak mau tinggal diam. Ia memohon kepada pimpinan perang untuk bergabung membebaskan kakaknya. Khaulah pun kembali berlaga di medan perang dengan jubah serba tertutup. Gema takbir dan keyakinan kuat pada pertolongan Allah berhasil menyelamat kan Dhirara.

Selain berani di medan perang, Khaulah dikenal memiliki strategi jitu untuk menghadapi musuh. Ini terbukti saat ia bersama sejumlah Muslimah menjadi tawanan Perang Sahura. Ketika itu, Khaulah bergabung sebagai tim kesehatan dan logistik. Sialnya, para mujahidah ini ditangkap tentara Romawi. Mereka dikurung berhari-hari di bawah pengawalan ketat pasukan musuh.

Walaupun tanpa senjata di tangan, Khaulah memberontak. Ia menyusun strategi agar bisa menyelamatkan diri bersama teman-temannya. Langkah awal yang dilakukan Khaulah ialah memotivasi mereka agar mau bebas sebelum dilecehkan para tentara musuh.

Khaulah tidak kehilangan akal. Walaupun bukan senjata sesungguhnya, Khaulah mengajak para mujahidah memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, seperti tiang-tiang dan tali kemah. Hal yang penting, para mujahidin yakin pertolongan Allah pasti datang untuk melepaskan para pejuang Muslimah dari tentara Romawi. "Ingatlah syahid lebih baik bagi kita daripada dihinakan kaum kafir," kata Khaulah.
Doa Sebelum Dan Sesudah Tidur

 Doa Sebelum Tidur


بِسْمِكَ االلّٰهُمَّ اَحْيَا وَبِاسْمِكَ اَمُوْتُ

Bismikallaahuma ahyaa wa bismika amuutu

Artinya: "Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah, aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu aku mati"



Doa Sebelum Tidur


بِسْمِكَ اللّٰهُمَّ اَحْيَا وَاَمُوْتُ

Bismikallohumma ahya wa amuutu

Artinya: "Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati".


Doa Bangun Tidur


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَحْيَانَا بَعْدَمَآ اَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Alhamdu lillahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wa ilahin nusyuuru

Artinya : "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati (membangunkan dari tidur) dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan"

Rabu, 27 Januari 2021

Kenapa Siti Fatimah binti Muhammad Mendapat Julukan Az-Zahra

Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadil Akhirah lima tahun sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul. Dia merupakan putri keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti Khuwalid.
Kelahirannya disambut sangat gembira oleh Rasulullah karena dia lahir pada saat tahun ke lima sebelum diangkat menjadi Rasul.
Fatimah mendapat julukan Az-Zahra karena dia tidak pernah haid dan pada saat melahirkan nifasnya hanya sebentar. Dia juga dijuluki sebagai pemimpin para wanita-wanita penduduk surga.
Dalam kitab fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan bahwa "Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi julukan Az-Zahra".
Dalam riwayat lain, dari Asma’ bintu Umais, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ’Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihat fatimah mengalami haid atau nifas.’ Kemudian beliau bersabda,

أما علمت أن ابنتى طاهرة مطهرة فلا يرى لها دم فى طمث ولا ولادة

Tahukah kamu, putriku adalah wanita suci yang disucikan. Tidak ada darah ketika haid maupun ketika melahirkan.

Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika aku dalam perjalanan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga. Aku melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian, aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan. buah itu menjadi nuthfah di sulbi-ku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah, kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku menciumi Fatimah". (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156).

Pada usia 5 tahun, Fatimah ditinggal ibundanya Khadijah. Mau tidak mau secara langsung dia menggantikan tempat ibundanya untuk melayani, membantu dan membela ayahandanya.

Selasa, 26 Januari 2021

Haramkah Bagi Istri Untuk Melayani Suami yang Telah Berzina?

Ujian dalam rumah tangga pasti selalu ada. Hanya saja, jika ujian tersebut bersifat duniawi, maka bagi orang beriman tidaklah terlalu berarti. Bahkan, itu ia jadikan sebagai lahan untuk memanen pahala dan ganjaran besar dari Allah Ta'ala. Sebaliknya, jika ujian menyangkut dien, di antara salah seorang pasangan terjerumus dalam dosa besar seperti zina, maka itu benar-benar menjadi beban dalam keluarga.



Zina adalah perbuatan buruk yang sangat dicela agama. Disebut sebagai fahisyah (perbuatan keji) dan jalan yang buruk untuk melampiaskan syahwat dan mendapatkan keturunan.


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra': 32)

Hukuman bagi pezina di dunia sangatlah berat. Bagi yang bujangan, dicambuk seratus kali dengan disaksikan orang banyak lalu diasingkan selama setahun. Sementara bagi yang sudah menikah, walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukumannya adalah dirajam, yaitu dilempari batu hingga mati.


الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ


"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman." (QS. Al-Nuur: 2)

Para ulama berkata, "Ini adalah hukuman di dunia bagi pezina perempuan dan laki-laki yang masih bujang, belum menikah. Jika sudah menikah walau hanya sekali maka keduanya dirajam dengan batu hingga mati. Begitulah yang tertera dalam sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Jika belum ditegakkan qishah terhadap keduanya di dunia dan mati tanpa bertaubat maka keduanya disiksa di neraka dengan cambuk api." (Dinukil dari Al-Kabair, Imam al-Dzahabi)

Di dalam al-Kabair juga disebutkan, "Sebagaimana yang tertera dalam Zabur: Para pezina akan digantung pada kemaluan mereka di neraka dan akan disiksa dengan cambuk besi. Maka jika mereka menjerit kesakitan karena cambukan maka Malaikat al-Zabaniyah berkata, "Kemana suara ini saat engkau tertawa-tawa, bergembira, dan bersuka ria serta tidak merasa diawasi oleh Allah Ta'ala dan tidak malu kepada-Nya."

Imam al-Bukhari meriwayatkan hadits mimpinya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam tidurnya yang berasal dari Samurah bin Jundub, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam didatangi Jibril dan Mikail 'Alaihimas Salam, beliau berkisah: Kami berangkat pergi sehingga sampai di suatu tempat semacam 'Tannur' (tungku api) yang atasnya sempit sedangkat bagian bawahnya luas. Di dalamnya terdengar suara gaduh dan jeritan-jeritan. Kami menengoknya ternyata di dalamnya terdapat banyak laki-laki dan perempuan telanjang. Jika mereka terjilat api dari bawahnya mereka melonglong oleh panasnya yang dahsyat. Aku bertanya, "Siapa mereka itu, wahai Jibril?" Ia menjawab, "Mereka adalah para pezina laki-laki dan perempuan, beginilah adzab bagi mereka sampai tibanya hari kiamat." Kita memohon kepada Allah ampunan dan kesejahteraan.


Tentang tafsir bahwa Jahannam memiliki tujuh pintu dalam QS. Al-hijr: 44,


لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ


"Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka." Atha' rahimahullah berkata, "Pintu yang paling hebat siksa, panas, dan jilatannya serta paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi pezina yang melakukan zina sesudah mengetahui keharamnnya.

Makhul al-Dimasyqi berkata, "Para penghuni neraka mencium bau busuk lalu mereka berkata: Kami tidak pernah mendapati bau yang lebih busuk dari bau ini. Kemudian dikatakan kepada mereka: ini adalah bau kemaluan para pezina."

Ibnu Zaid –salah seorang ulama tafsir- berkata, "Sesungguhnya bau busuk kemaluan pezina benar-benar menyiksa penghuni neraka."

Sesudah mengetahui buruknya kedudukan zina dan dahsyatnya siksa bagi pezina, apakah ada seorang muslim yang masih berani berzina?


Jika Suami Terjerumus ke Dalam Zina


Pezina muhshan (orang yang pernah menikah) diancam di dunia dengan hukuman yang lebih berat daripada yang bujangan. Hal ini karena kekufurannya terhadap nikmat Allah, masih memilih yang haram sesudah merasakan yang halal. Lalu apabila suami tejerumus ke dalam zina, apakah istrinya tidak boleh lagi melayaninya?

Walaupun hina perbuatan zina dan berat siksa bagi seorang muhshan yang sudah terjerumus ke dalamnya, tidak lantas istrinya haram baginya karena zina tersebut. Karena hukum asal, tidak diharamkan. Jika ingin mengeluarkan dari hukum asalnya, maka harus ada dalil lain yang menerangkan dengan tegas tentang keharamannya. Namun jika suami tersebut terus-menerus (kecanduan) zina, maka wajib bagi istrinya untuk menjauhinya dan meminta cerai kecuali ia benar-benar bertaubat. Karena Allah Ta'ala berfirman,


الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ


"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (QS. Al-Nuur: 3) wallahu Ta'ala a'lam.



Mari Bersedekah Seiklasnya
Khalid Bin Walid As-Sayf Allāh al-Maslūl (Pedang Allah Yang Terhunus)

Profil dan Biografi Khalid Bin Walid singkat. Pada saat Nabi Muhammad SAW diutus di Mekkah untuk menjadi nabi yang terakhir, Ia tak serta merta mendapat sambutan baik dari masyarakat Quraisy.

Mereka justru yang paling durhaka terhadap dakwah Nabi. Bani Makhzum menjadi salah satu penentang yang paling keras dan muncul nama-nama pembangkang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam seperti Abu Jahal dan Al Walid Bin Mughirah termasuk Khalid bin Walid.

Khalid bin Walid merupakan orang yang sangat menguasai medan peperangan jika perang berlangsung. Saat masuk Islam, ia dikenal dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus karena kecerdikannya dalam berperang. Berikut profil dan biografi Khalid bin Walid secara singkat dan kisah perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.



Profil dan Biografi Khalid Bin Walid

Nama lengkapnya adalah Abū Sulaymān Khālid bin al-Walīd bin al-Mughīrah al-Makhzūmī. Ia diketahui lahir pada tahun 585 Masehi. Ayahnya bernama Walid bin al-Mughirah. Ibunya bernama Lubabah as-Saghirah. Khalid bin Walid berasal dari Bani Makhzum yang termasuk sebuah suku besar masyarakat Quraisy. Bani Makhzum mempunyai tugas mengurus masalah peperangan.

Ditambah lagi Ayah Khalid Bin Walid adalah seorang yang kaya raya di Mekkah sehingga kehebatan dan fasilitas yang dimiliki keluarganya begitu menonjol. Khalid yang sejak awal menaruh minat besar pada dunia peperangan. Ia tidak bekerja sebagaimana pemuda lainnya.

Tak hanya itu ketika musim dagang ke negeri Syam tiba, Khalid bin Walid tak pernah absen untuk pergi bersama kafilah dagang Mekkah ke Syam. Di sana ia justru memanfaatkan kesempatan untuk belajar strategi perang pada Romawi. Inilah yang membuat Khalid begitu mahir dalam bidang peperangan dan persenjataan.


Kecerdikan Khalid Dalam Perang Uhud

Pada tahun ketiga Hijriah, Keahlian Khalid bin Walid dalam berperang pun mulai terlihat Pada saat Perang Uhud. Dalam rangka untuk membalaskan dendamnya atas kekalahan kaum Quraisy pada saat Perang Badar, saat itu kaum Quraisy hampir saja menelan kekalahan untuk kedua kalinya.

Akan tetapi pasukan pemanah kaum Muslimin yang berada di atas bukit menghianati amanah yang telah diberikan Rasulullah SAW. Mereka berfikir bahwa kaum Quraisy setelah mundur dari peperangan. Hingga akhirnya mereka turun dari bukit untuk mengambil harta rampasan perang.

Di sinilah peran Khalid bin Walid sebagai sang pemimpin pasukan berkuda pun melihat menonjol. Celah yang terbuka yang ada di barisan kaum Muslimin dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Khalid bin Walid.

Ia kemudian memimpin pasukan berkuda kaum Quraisy berbalik menyerang. Khalid mengambil arah memutar balik di balik bukit. Ia kemudian mampu menyerang pasukan Muslimin dari belakang. Hal yang dilakukan oleh Khalid bin Walid ini kemudian berhasil menekan pasukan muslimin.

Sejak saat itu kehebatan Khalid bin Walid dalam berperang mulai diakui. Ia pun mulai mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini terlihat pada saat umrah Qadha.


Khalid bin Walid Masuk Islam

Pada tahun 7 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW memberikan komentar kepada saudara Khalid yang telah memeluk Islam. Setelah itu tercatat Khalid sering bertukar kabar dengan saudaranya. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan masuk Islamnya Khalid bin Walid. Rasulullah mengatakan kepada Al Walid yang menjadi saudara Khalid.

Al-walid kemudian mengirimkan surat kepada Khalid bin Walid yang berisikan tentang ajaran-ajaran Islam dan kemuliaan Islam yang kemudian memotivasi Khalid.

Maka di tahun selanjutnya tepat pada bulan Safar pada tahun 8 Hijriyah, Khalid bin Walid menjemput hidayahnya. Seorang diri ia berangkat ke Madinah untuk bersyahadat langsung di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Di tengah perjalanan, ia bertemu sahabatnya Amr Bin Ash yang juga ingin memeluk Islam. Maka Madinah begitu bergembira menyambut keislaman sang idola perang kota Mekah. Menyadari ketertinggalannya dalam menerima hidayah Islam, Khalid pun tak mau tertinggal oleh sahabat lainnya dalam meraih pahala dan Ridha Allah SWT.


Panglima Perang di Pertempuran Yarmuk

Maka tak ada jalan bagi Khalid selain menyumbangkan keahlian yang paling ia kuasai untuk membela Islam. Dua bulan setelah keislaman Khalid, Pada tahun 8 hijriyah untuk pertama kalinya kaum muslimin berperang melawan kekuatan besar Romawi Timur. Kaum muslimin berhadapan dengan para tentara Romawi Timur di wilayah Yarmuk yang kemudian dikenal dengan nama Pertempuran Yarmuk.

Tak tanggung-tanggung bahkan Rasulullah SAW menunjuk tiga orang panglima dalam perang ini. Pertempuran Yarmuk inilah yang dikenal sebagai perang terbesar kaum muslimin yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.

Khalid bin Walid tak mau melewatkan perannya bersama tiga ribu pasukan muslimin. Ia membulatkan tekadnya untuk berjihad dalam perang tersebut. Mendekati lokasi perang kaum muslimin pun baru mendapatkan informasi mereka akan menghadapi pasukan berjumlah 200 ribu orang.

Perang yang tidak berimbang, Namun kaum muslimin berjuang tak memperdulikan jiwa dan raganya. 3 ribu pasukan muslimin berhadapan dengan 200 ribu pasukan Romawi di wilayah Yarmuk.

Peperangan pun berlangsung begitu sulit, Tiga orang panglima Islam yang memegang komando panji perjuangan kaum muslimin satu persatu berguguran. Pasukan muslimin pun terdesak. Hingga akhirnya Khalid bin Walid, seorang yang baru dua bulan memeluk Islam mengambil alih komando perang ini.


Khalid bin Walid, Sang Pedang Allah Yang Terhunus 

Dalam biografi Khalid bin Walid diketahui bahwa ia  berhasil menyelamatkan pasukan muslimin dari kekalahan. Ia kemudian terkenal dengan julukan sebagai atau Sayf Allāh al-Maslūl atau Pedang Allah Yang Terhunus.

Maka di malam harinya, Khalid berpikir keras untuk menyelamatkan pasukan Muslimin. Khalid berhasil mengelabui musuh yang beranggapan bahwa kaum muslimin mendapat pasukan tambahan.

Siasat Khalid bin Walid begitu ajaib dan belum pernah terpikirkan. Pasukan kaum muslimin yang berada di sebelah kiri ia pindahkan ke kanan. Begitupun sebaliknya. Dan pasukan muslimin yang berada di bagian depan ia pindahkan ke bagian belakang dan sebaliknya.

Bahkan bendera-bendera ia tukar warnanya dan meminta pasukan muslimin agar membuat kegaduhan. Kuda dan Unta dibuat terus bergerak hingga membuat banyak debu.

Hingga pada pagi hari, Tentara Romawi kaget karena melihat wajah baru dan warna bendera yang baru. Mereka juga mendengar ada suara gaduh seperti bala bantuan yang datang dan beranggapan bahwa di depan mereka adalah pasukan yang baru.

Dan itulah hari yang luar biasa sehingga pasukan Romawi tidak berani mengejar pasukan muslimin ketika kaum muslimin menyelamatkan diri ke belakang. Rasulullah SAW memuji apa yang dilakukan Khalid karena ia bukan lari dari medan pertempuran.

Melainkan ia kembali ke tempat yang lebih kuat untuk merencanakan strategi yang lebih kuat dan matang. Sejak saat itu Khalid terkenal sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Khalid bin Walid terus mengukir namanya pada saat momen-momen berjihad. Pada peristiwa Fathul Mekkah, Khalid dipercaya membawa salah satu pasukan yang berhasil masuk ke pintu Mekkah. Maka sampai pada akhirnya kaum muslimin berhasil mengembalikan Mekah sebagai kota yang suci.


Panglima Perang Islam Terhebat

Pada saat pemerintahan Abu Bakar As Shiddiq, Khalid bin Walid dengan mudahnya menumpas gerakan nabi palsu dan memerangi nabi palsu yakni Musailamah al-Kazzab.

Khalid terus mencetak prestasi prestasi gemilang di berbagai medan peperangan . Kepercayaan kaum muslimin selalu meningkat saat peperangan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.

Melihat kondisi ini, Khalifah Umar Bin Khattab justru memiliki pertimbangan lain. Di perang Yarmuk, Khalifah Umar justru mencopot jabatan Khalid bin Walid sebagai panglima perang.

Ini bukan karena hal buruk yang dilakukan Khalid melainkan karena sang khalifah tidak ingin kaum muslimin terlampau memuja Khalid, hingga melupakan ada Allah SWT..

Di balik perintah tersebut, Khalid pun mengatakan hal yang begitu luar biasa, yakni :


…Tidak masalah, Karena saya berjuang bukan karena Umar, akan tetapi saya berjuang karena Allah SWT. Maka ujilah diri anda kalau betul ikhlas maka berjuang di mana-mana pun anda tidak akan menjadi masalah. – Khalid bin Walid


Di bawah kepemimpinan panglima yang baru kali tetap memimpin pasukan muslimin dengan kecerdasannya ia atur strategi perang hingga pasukan muslimin berhasil menjatuhkan Imperium Romawi dan menguasai Al-Quds.


Tinggal di Suriah

Pasca penaklukan negeri Syam (Suriah), Khalid bin Walid lebih memilih tinggal di Homs, Suriah tanpa memiliki jabatan apapun. Walaupun telah berjasa terhadap kebesaran Islam, Ini menjadi sebuah bukti perjuangan Khalid yang tidak mengharapkan apapun selain ridho Allah SWT.

Tahun 21 Hijriah, Khalid bin Walid menghembuskan nafas terakhirnya dipembaringan. Khalid bin Walid yang dikenal sang anak kaya raya dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus wafat tanpa meninggalkan apapun selain senjata kuda dan pembantu yang diwakafkan untuk kepentingan Islam.


Doa Qunut Shalat Subuh Dan Waktu Mengerjakannya



Waktu Menbaca Qunut


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ سُئِلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ

أَقَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَوَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ قَالَ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا


Atinya: Shahih Bukhari 946: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad bin Sirin berkata:

Anas bin Malik pernah ditanya: "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan qunut dalam shalat Shubuh?" Dia berkata: "Ya." Lalu dikatakan kepadanya: "Apakah beliau melakukannya sebelum rukuk?" Dia menjawab: "Terkadang setelah rukuk."


Bacaan Doa Qunut Sholat Subuh dan Cara Membacanya Doa qunut saat sholat subuh dibaca ketika memasuki rakaat kedua, yakni pada saat masih berada di posisi berdiri setelah membaca bacaan i'tidal. Tepatnya, pada saat berdiri setelah rukuk dan sebelum sujud pertama. Apabila sholat subuh dikerjakan secara berjamaah, maka imam dianjurkan untuk mengeraskan suara saat membaca doa qunut dengan para makmum yang mengamini. Selain itu, saat membaca doa qunut, dianjurkan pula sambil mengangkat tangan seperti orang yang sedang berdoa.


Bacaan doa qunut arab:


 اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ 


Bacaan doa qunut latin: 


"Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam."


 Arti doa qunut sholat shubuh


"Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesihatan. Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya."

Senin, 25 Januari 2021

Doa Ketika Makan, Minum Dan Ketika Makan Lupa Berdoa

Doa Sebelum Makan


اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Alloohumma barik lanaa fiimaa razatanaa waqinaa 'adzaa bannar


Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka"


Doa Sesudah Makan


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ

Alhamdu lillaahil ladzii ath'amanaa wa saqoonaa wa ja'alnaa muslimiin


Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kami dan minuman kami, serta menjadikan kami sebagai orang-orang islam"


Doa Sesudah  Minum


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ جَعَلَهُ عَذْبًا فُرَاتًا بِرَحْمَتِهِ وَلَمْ يَجْعَلْهُ مِلْحًا اُجَاجًا بِذُنُوْبِنَا

Alhamdu lillaahil ladzi ja'alahuu 'adzbam furootam birohmatihii wa lamyaj'alhu milhan ujaajam bidzunuubinaa


Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini (minuman) segar dan menggiatkan dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikan air ini (minuman) asin lagi pahit karena dosa-dosa kami"


Doa Ketika Makan Lupa Membaca Doa


بِسْمِ اللهِ فِىِ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi


Artinya: "Dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya" 

Jumat, 22 Januari 2021

Nabi Adam, As. Sang Manusia Pertama

 Nabi Adam as (bahasa Arab: آدم عليه السلام) menurut riwayat adalah manusia pertama dan bapak seluruh umat manusia. Ia dibentuk dan diciptakan langsung oleh Allah swt. Setelah diberi ruh, para malaikat diminta untuk sujud dihadapannya. Istrinya bernama Hawa, dan keduanya karena memakan buah terlarang atas rayuan setan akhirnya dikeluarkan dari surga. Nabi Adam as adalah khalifah pertama Tuhan di muka bumi dan merupakan nabi yang pertama.

Pembahasan mengenai proses penciptaan, ditiupkannya ruh, sujudnya para malaikat, kemaksuman, diturunkannya ke bumi adalah pembahasan kalam dan riwayat. 

Asal Muasal Nama Adam

Adam tidak berasal dari Bahasa Arab. Kata ini digunakan dalam kisah penciptaan manusia yang terdapat dalam kitab Taurat. Namun jika mencari akar katanya dari Bahasa Ibrani juga tidak ditemukan kejelasan. Muannats dari kata ini yaitu Adamah ( اَدَمَه ) terdapat dalam Bahasa Ibrani yang artinya tanah. Akar ء د م dalam bahasa Ibrani memiliki arti merah yang menunjukkan warna pada tanah yang dari itu Adam diciptakan.


Sebab Penamaan

Meskipun Adam tidak berasal dari bahasa Arab, namun sebagian Mufassir menyebutkan beberapa alasan dari penyebutan Adam dengan nama ini. Seperti misalnya, kata Adam diambil dari istilah " ادیم‌الارض ", karena manusia diciptakan berasal dari tanah. Raghib Esfahani menyebutkan 4 alasan penamaan Adam pada manusia pertama:


Karena tubuh Adam berasal dari tanah yang diambil dari bumi ( ادیم ).

Karena kulitnya berwarna kecoklat-coklatan.

Karena ia diciptakan dari beragam unsur dan juga kekuatan yang berbeda-beda. اُدْمهَ artinya kasih sayang dan pencampuran.

Karena ia bersumber dari ruh dan wewangian Ilahi. اِدام artinya makanan yang berbau wangi.


Adam dalam Literatur Islam

Pembahasan mengenai Adam dan proses penciptaannya dalam agama Islam memiliki posisi yang penting. Adam dalam pandangan Islam adalah Nabi yang pertama. Karena itu, kaum Muslimin ketika hendak menunjukkan silsilah kenabian menyebutkan dari Adam hingga penutup para Nabi. Setiap pembahasan mengenai Adam dalam kitab tafsir, hadis, sejarah maupun adab selalu disertai dengan penjelasan dari ayat-ayat Alquran.

Dalam Alquran, nama Adam disebutkan 25 kali. Penjelasan mengenai proses penciptaannya disebutkan dalam surah Al-Baqarah, Al-A’raf, Al-Hijr, Al-Isra', Thaha dan Shad.

Para Mufasir berdasarkan ayat-ayat Alquran mengklasifikasikan pembahasan mengenai Adam dalam beberapa tema bahasan. Diantaranya sebagai berikut:


Khalifah Tuhan

Kata "khalifah" dalam ayat yang ketika Allah swt berfirman, "Aku akan ciptakan khalifah di muka bumi." itu artinya apa?. Para Mufassir memiliki pandangan yang beragam mengenai hal tersebut, namun mayoritas mengatakan yang dimaksud khalifah adalah wakil Tuhan di muka bumi. Juga terdapat sejumlah riwayat yang berbeda-beda mengenai hal tersebut, namun para Mufassir lebih menguatkan pendapat yang dimaksud khalifah adalah wakil Tuhan.

Dialog Tuhan dengan Malaikat mengenai Penciptaan Adam

Pada dialog antara Tuhan dengan malaikat mengenai penciptaan Adam, disebutkan malaikat berkata kepada Allah swt, "Apakah Engkau hendak menciptakan di muka bumi seseorang yang akan berperang dan saling menumpahkan darah?".

Yang menjadi pertanyaan, darimana para malaikat mengetahui bahwa umat manusia akan terjebak pada situasi saling berperang dan saling membunuh satu sama lain? Mengenai hal ini para Mufassir memiliki pandangan yang beragam dengan menyertakan riwayat masing-masing sebagai penguat.

Thabari dengan menukil banyak riwayat mengajukan beragam pendapat sebagai berikut: Sebagian mengatakan, sebelum manusia diciptakan, telah terlebih dulu ada umat Jin di muka bumi, yang mereka gemar berperang dan saling menumpahkan darah satu sama lain. Melihat itu, para malaikatpun menilai nasib umat manusia juga akan sama dengan umat jin tersebut.

Sebagian juga mengatakan, ketika Allah swt berfirman hendak menciptakan manusia di muka bumi, para malaikat bertanya, bagaimana keadaan mereka kelak? Allah swt menjawab, mereka akan saling berperang dan menumpahkan darah. Karenanya malaikat bertanya, "Untuk apa Engkau menciptakan mereka?". Allah swt berfirman, "Mengenai takdir umat manusia, baik mengenai kebaikan maupun keburukannya Aku sangat mengetahuinya, yang kalian tidak mengetahuinya."

Sebagian lagi mengatakan, seblum Allah swt menciptakan Adam, Dia menyampaikan informasi mengenai Adam kepada para Malaikat, dan sebagian informasi lainnya Dia rahasiakan, sehingga para malaikat hanya bertanya mengenai informasi yang telah mereka dapatkan.


Thabrisi dalam kitabnya mengajukan tiga pendapat:


Sebelum manusia diciptakan, telah ada umat Jin di muka bumi, yang mereka saling menumpahkan darah, sehingga malaikat menganalogikan nasib umat manusia tidak akan berubah dengan keadaan umat Jin tersebut.

Pertanyaan malaikat berupa keinginan untuk mencari tahu, apakah kehidupan manusia kelak diantara mereka saling menumpahkan darah atau tidak?.

Allah swt sendiri yang menyampaikan kepada para malaikat, bahwa nasib manusia kelak akan seperti itu. Namun manfaat lain dari penciptaan Adam, Allah swt tetap rahasiakan sehingga malaikat tetap yakin pada hikmah dan ilmu Allah swt.


Peniupan Ruh Tuhan pada Jasad Adam

Dalam surah Al-Hijr dan Shad, Allah swt menyebutkan ruh-Nya sendiri yang telah ditiupkan-Nya kepada jasad Adam. Demikian pula pada ayat lain, pada proses penciptaan Nabi Isa as, kata "ruh" dinisbatkan kepada Allah swt. Apa maksud dari penisbatan "ruh" kepada Allah?. Mufassir mengemukakan sejumlah pandangan mengenai hal ini.

Disebutkan, yang dimaksud "telah Kutiupkan ruh-Ku padanya" adalah pemberian kehidupan kepada Adam dengan cara memberikan ruh kepadanya. Penyebutan "Ruh-Ku" dimaksudkan sebagai bentuk pemuliaan nabi Adam as.Allah swt menyebut ruh Adam sebagai ruh-Nya untuk memuliakan dan mengagungkan Adam. Sementara maksud kata "meniupkan" yang tersebut dalam ayat adalah ruh itu diberikan kepada jasad manusia bukan sebagaimana masuknya udara kedalam tubuh manusia.


Sujudnya Malaikat atas Adam

Berdasarkan ayat-ayat Alquran, para malaikat sujud kepada Nabi Adam as, sebagaimana perintah Allah swt sendiri. Mengingat sujud yang diyakini kaum Muslimin adalah bentuk ibadah khusus yang sesungguhnya hanya untuk Allah swt dan ketika sujud kepada selain-Nya, maka akan terkategorikan kafir dan musyrik. Bagaimana mensinkronkan hal ini?

Para Mufasir mengatakan, sujud yang diperintahkan Allah swt kepada para malaikat untuk melakukannya dihadapan Nabi Adam as, bukanlah sujud penyembahan, melainkan sujud penghormatan. Sujud yang para malaikat lakukan untuk Nabi Adam as adalah salam penghormatan dan bentuk pemuliaan mereka atas ciptaan Allah swt tersebut.


Hawa

Pada kisah mengenai Nabi Adam as sering disebutkan nama istrinya Hawa. Dalam Alquran mendapatkan khitab tiga kali bahwa Allah menciptkan kalian dari diri yang satu, dan dari padanya Dia menciptakan istrinya.


Surga Adam

Surga Adam adalah tempat kediaman pertama Adam as dan Hawa pada awal peciptaan mereka. Surga Adam disebutkan tiga kali dalam Alquran. Di dalam surga ini, Adam dan Hawa mendapatkan segala bentuk kenikmatan, namun mereka bedua diperingatkan supaya jangan mendekati satu pohon dan jangan makan buahnya. Adam dan Hawa atas rayuan setan memakan buhan pohon terlarang tersebut dan akibatnya mereka dikeluarkan dari surga.

Terkait posisi surga Adam ada tida pendapat; kebun di bumi,surga barzah di langit dan surga mau'ud (yang dijanjikan).


Turun

"Hubuth" secara linguistik berarti "turun secara terpaska". dan dalam istilah adalah kisah keluarnya Adam dan Hawa dari surga. Dalam beberapa ayat, Allah mengisyaratkan tentang kisah tersebut: "Turunlah kamu!sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". Mengenai "hubuth" ini terdapat beragam pendapat di antara para ulama dan mufassir. sebagian mereka meyakini bahwa makna "hubuth" (turun) ini bukan jasmani melainkan hubuth maqami (turun secara kedudukan).


Pohon Terlarang

Allah swt mengizinkan Adan dan Hawa untuk memakan buah dari setiap pohon kecuali satu pohon. Thabari menukil riwayat yang beragam dari Ibnu Abbas, Abu Malik, Abu ‘Athiah, Qatadah dan perawi lainnya, bahwa pohon terlarang itu adalah gandum. Pada riwayat lain disebutkan buah terlarang tersebut adalah anggur atau pohon tin. Thusi selain juga menukil riwayat bahwa pohon tersebut adalah gandum, anggur dan tin, juga menukil riwayat dari Imam Ali As yang menyebut pohon tersebut adalah pohon Kamfor (kapur).

Akhirnya, dengan rayuan setan Adam dan Hawa memakan buah pohon terlarang tersebut dan dikeluarkan dari surga.


Kemaksuman Nabi Adam as

Kisah penciptaan Nabi Adam as berhubungan erat dengan kemaksuman para nabi. Berdasarkan akidah kaum muslimin, dikarenakan para nabi adalah penyampai pesan Ilahi kepada umat dan bertanggungjawab atas semua permasalahan duniawi dan ukhrawi umat manusia, maka sudah semestinya mereka itu terbebas dari dosa dan kesalahan.

Namun terkait kisah penciptaan Adam dan kehidupannya terdapat beberapa ayat yang jika dipandang dari sisi kemaksuman para nabi mesti dibahas. Ayat-ayat yang menyebut, "Syaitan telah menjerumuskan Adam dan Hawa sehingga dikeluarkan dari surga." atau, "Adam mengakui kesalahannya dan mengaku telah terpedaya yang dengan itu mengatakan kepada Allah swt, "aku telah menzalimi diriku sendiri." atau "Syaitan telah meniupkan rasa was-was kepada keduanya, sehingga keduanya melanggar perintah Tuhan dan menjadi tersesat." dan pada ayat-ayat lainnya.

Jawaban singkat dan sederhana dari Mufassir terkait kejanggalan ini adalah, ketika Adam melakukan kesalahan ia berada di surga dan tidak ada taklif (kewajiban) di sana atau saat itu ia belum memiliki kedudukan kenabian, atau apa yang dilakukan Nabi Adam as saat itu adalah meninggalkan yang lebih utama, bukan dosa.



Daftar Pustaka

Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari. Diteliti oleh Abdul Qadir Syaibah al-Hamad. Riyad: Maktabah Malik al-Fahd, 1421.

Azhari, Muhammad bin Ahmad. Tahdzib al-Lughah. Beirut: Dar Ihya al-Arabi, 1421 H.

Judaika, pada item Adam.

Raghib Isfahani, Husain bin Muhammad. Mufradat al-Fazh al-Quran. Beirut: Dar al-Syamiyah, 1412 H.

Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Uyun Akhbar alRidha as. Tehran: Nasyr Shaduq, 13 72 HS.

Zubaidi Muhammad Murtadha. Taj al-‘Arus.

Thabathabai, Muhammad Husain. Al-Mizān fi Tafsir al-Quran. Beirut: Muassasah al-‘Ilmi, 1973.

Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma’ al-Bayān. Qom: Kitab Khaneh Ayatullah Mar’asyi, 1403 H.

Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārikh. Riset: Yan Dakhviah. Leiden, 1879-1881.

Thabari, Muhammad bin Jariri. Jami' al-Bayan fi Tafsir al-Quran (Tafsir Thabari). Beirut: Dar al-Makrifah, 1412 H.

Syaikh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Tibyan. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, tanpa tahun.

Fakhrurazi, Muhammad bin Umar. Al-Tafsir al-Kabir. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, 1420 H.

Rabu, 20 Januari 2021

Kelebihan Dan Keutamaan Surah Al Fatiha

Keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Fatihah sebelum tidur mampu membuat seseorang aman dari segala hal, kecuali kematian.

Binaayatulilmi - Surat Al-Fatihah menjadi surat paling awal saat kita hendak membuka Alquran. Bahkan Al-Fatihah selalu dibaca sebelum dan sesudah melakukan segala sesuatu.



Rasulullah juga mengatakan bahwa seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah saat menjalankan salat dikatakan tidak sah, karena surat Al-Fatihah memiliki peranan yang sangat penting.

Adapun keistimewaan dan khasiat membaca surat Al-Fatihah jika dibandingkan dengan surat yang lainnya.

Kebaikan orang tersebut diterima oleh Allah SWT.

Seluruh dosanya yang ada di dunia diampuni.

Akan selamat lidah mereka dari api neraka yang sangat panas.

Akan terhindar dari murka Allah SWT. 

Mampu berjumpa dengan Allah SWT. 

Terbebas dari azab ketika ia dikubur nanti. 

Mendapat derajat yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak membaca, nanti ketika di surga. 

Keutamaan dan khasiat membaca surat Al-Fatihah sebelum tidur mampu membuat seseorang aman dari segala hal, kecuali kematian. 

Rumah yang sering dibacakan Al-Fatihah dan Al-Ikhlas akan bebas dari kefakiran, serta akan berlimpah kebaikan. 

Membaca Al-Fatihah sudah seakan-akan menyedekah emas di jalan Allah. 

Satu ayat dari surat Al-Fatihah menutup satu pintu neraka bagi orang tersbeut. 

Membaca surat Al-Fatihah dengan ayat kursi dan dua ayat surat aL-Imran ketika shalat akan dibalas di surga. 

Manfaat membaca Al-Fatihah yang terakhir adalah kita seakan telah membaca kitab injil, zabur, taurat. Quran, suhuf Ibrahim dan suhuf Idris sebanyak 7 kali.


Nama Lain Surat Al-Fatihah

AI-Fatihah dinamakan Juga dengan; Ummul Qur’an (lnduk al-Qur’an); Sab’u al-Matsanl (tujuh ayat yang diulang-ulang), al-Syafi’yah (penyembuh), al- Wafiyah (yang melengkapl), al-Kaliyah (yang mencukupi). al-Asas (dasar alQur’an), aI-Hamdu (pujlan). Bahkan, Imam al-Qurthubl telah menghimpun sebanyak dua belas nama lain untuk surah ini.

Al-Fatihah memlllki kedudukan mulia di antara surah-surah lain dalam al-Qur’an. Ia banyak memlliki nama, setiap nama memiliki arti mendalam yang semakin mempermantap kedudukan dan keutamaannya. Berikut ini, kita akan menyebutkan dua belas nama lain dari surah al-Fatihah yang sudah cukup akrab terdengar di gendang telinga kita:

1. Al-Shalat, dinamakan demikian berdasarkan Firman Allah dalam hadits Qudsi: “Aku telah membagi shalat (Al- Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagianf

2. Al-Hamdu (pujian), dinamakan demikian karena dimulai dengan kata al-Hamdu, dimana ia mencakup makna segala pujlan.

3. Fathatul kitab (pembuka kitab), para ulama sepakat akan penyebutan nama ini, karena la adalah pembuka surah-surah dalam al-Qur’an.

4. Ummul kltab (induk kitab), berdasarkan firman Allah,

 “Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (AI-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang Iain (ayat ayat) mutasyaabihat. Adapun orang orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-can’ ta’wi/nya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami ben’man kepada ayat ayat yang mutasyaabihal, semuanya itu dan‘ sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” Ali lmran: 7)

Allah juga berfirman: ” Dan sesunggulnya AI-Qur’an itu dalam Induk AI-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, ada/ah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hlkmah. ” (QS. Az-Zukhruf: 40)

Imam al Bukhari berpandangan bahwa penamaan surah ini dengan al-Fatihah sangat terkait dengan keduclukan dan poslsinya sebagai pembuka al Qur’an, clan juga meniadl surah pembuka yang dibaca dalam setiap shalat.

5. Ummul Qur’an (induk al-Qur’an), dlnamakan demik’lan kaxena ia mencakup permasalahan tauhid, ibadah, nasehat, peringatan akan hari pembalasan. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Alhamdulil/ah adalah ummu/ Qur ‘an dan Ummul kitab dan sab’ul matsani (tujuh ayat yang terulang). “

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh at-Tirmldzi bahwa salah seorang sahabat berkata, “Ummul Qura adalah Makkah, Ummul Qur’an adalah al-Fatihah.” Ada juga yang berpandangan bahwa dinamakan Ummul Qur’an karena ia mencakup dan menghimpun semua cabang ilmu.

6. Al-Matsani, yaitu yang diulang-ulang pembacaannya dalam shalat. Dalam Shahih al-Bukhari bahwa Rasulullah berkata kepada Abi Said bin al-Mu’alla,

“Sungguh aku akan mengajarkan kepadamu sebuah surah dimana ia adalah surah yang paling mulia dalam al-qur’an, yaitu Al-hamdulillahi rabbi! alamin, ia adalah tujuh (ayat) yang terulang-ulang dan Al-Qur’an aI-Adzhim yang aku diberikan. “

Allah Subhanahu wa Ta ’a/a berfirman:


ٱلْعَظِيمَ وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْمَثَانِى مِّنَ سَبْعًا ءَاتَيْنَٰكَ وَلَقَدْ


‘Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca beulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. ”(Al-Hijr. 87)

7. Al-Qur’an AI-adzim disebut demikian karena ia mencakup dan menghimpun semua ilmu-llmu al-Qur’an, juga mencakup pujl-pulian yang sempurna bagi Allah.

8. Al-Syafiyah (penyembuh), penyebutan ini terambil dari hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id aI-Khudri bahwa Rasulullah bersabda, “Al-Fatihah adalah penyembuh (syifa ’) dari seluruh penyakit.” (HR. Muslim).

9. Ruqyah, penyebutan ini terambil berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id al Khudri bahwa Rasulullah berkata kepada seorang laki laki: ‘Apakah kamu mengetahui bahwa ia (Al Fatihah) adalah ruqyah?” laki laki ltu berkata, “Wahai Rasulullah, saya menjadikannya penyembuh untuk diriku.

Rasulullah bersabda:. “Semua surah al Qur’an adalah ruqyah. ” lbnu Mahlab berpandangan bahwa letak ayat ruqyah dalam surah Al-Fatihah adalah pada firman Allah. “iyya kana’budu wa iyyaka nasta’in.” (HR. Al Bukhari dalam bab al-Thibb)

10. Al Asas (dasar al Qur’an), penyebutan ini diambil berdasarkan perkataan lbnu Abbas, “Bagi setiap sesuatu memillki asas (dasar) dan asas dunia adalah Makkah . asas kitab adalah al Qur’an, asas al-Qur’an adalah al-fatihah, asas al-fatihah adalah ‘bismillahl rahmanl rahim’. apabila engkau sakIt atau mengeluhkan rasa sakit. hendaklah engkau mengobati dengannya, niscaya engkau akan sembuh dengan izin Allah.”

11. Al-Wafiyah (yang melengkapi). Sufyan bin Uyainah menyebutkan sebab penamaanan ini, “Karena ayatayat Al Fatihah tidak boleh dibaca dengan cara dipenggal atau dipotong. Lain halnya, apabila seseorang membaca surah yang lain (selain al-fatihah) maka la boleh membaca dengan cara membagi-bagi, misalnya dalam satu raka’at membaca satu ayat Ialu pada raka’at berikutnya ia membaca satu ayat lagi, namun itu tidak boleh dilakukan ketika membaca Al Fatihah.”

12. Al-Kafiyah (yang mencukupi), penamamaan ini didasarkan pada sabda Rasulullah kepada Muhammad al-lskandarani: “Ummul Qur’an adalah pengganti surah yang lain, dan surah yang Iain tidak dapat menggantikannya.” lbnu Katsir mengatakan: “Sesungguhnya al-Fatihah telah mencukupl surah yang lalnnya namun surah yang lainnya tldak dapat mencukupinya.”


Kewajiban Membaca Al Fatihah


Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Amru an-Naqid serta Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Sufyan berkata Abu Bakar telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri dari Mahmud bin ar-Rabi' dari Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits tersebut marfu' kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 

 لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah." (Shahih Muslim: 595)


Menilik hadis tersebut, jelas membaca surah Al Fatihah adalah kewajiban dalam salat dan termasuk salah satu rukunnya. Bahkan, salat dianggap tidak sah bila tidak membaca surah ini. Dalam pandangan Imam Nawawi, hadis di atas dianggap menjadi dasar bagi mazhab Syafi’i bahwa membaca Al-Fatihah wajib hukumnya bagi orang yang mengerjakan salat, baik secara berjamaah (sebagai imam atau makmum) maupun sendiri.


Kandungan Surat Al Fatihah

Dalam surah Al Fatihah, terdapat beberapa kandungan yang mencakup tujuan dari Al-Qur'an. Seperti prinsip dan turunan ajaran agama yang meliputi aqidah, ibadah, syariah, keyakinan atas hari akhir, keimanan atas sifat mulia Allah, pengesaan dalam penyembahan, juga permohonan pertolongan melalui doa. Al Fatihah juga mengandung prinsip-prinsip asasi semua surah-surah di dalam Al-Qur’an.

Selasa, 19 Januari 2021

Nama-nama Lain Surat Al-Fatihah

 


AI-Fatihah dinamakan Juga dengan; Ummul Qur’an (lnduk al-Qur’an); Sab’u al-Matsanl (tujuh ayat yang diulang-ulang), al-Syafi’yah (penyembuh), al- Wafiyah (yang melengkapl), al-Kaliyah (yang mencukupi). al-Asas (dasar alQur’an), aI-Hamdu (pujlan). Bahkan, Imam al-Qurthubl telah menghimpun sebanyak dua belas nama lain untuk surah ini.

Al-Fatihah memlllki kedudukan mulia di antara surah-surah lain dalam al-Qur’an. Ia banyak memlliki nama, setiap nama memiliki arti mendalam yang semakin mempermantap kedudukan dan keutamaannya. Berikut ini, kita akan menyebutkan dua belas nama lain dari surah al-Fatihah yang sudah cukup akrab terdengar di gendang telinga kita:

1. Al-Shalat, dinamakan demikian berdasarkan Firman Allah dalam hadits Qudsi: “Aku telah membagi shalat (Al- Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagianf

2. Al-Hamdu (pujian), dinamakan demikian karena dimulai dengan kata al-Hamdu, dimana ia mencakup makna segala pujlan.

3. Fathatul kitab (pembuka kitab), para ulama sepakat akan penyebutan nama ini, karena la adalah pembuka surah-surah dalam al-Qur’an.

4. Ummul kltab (induk kitab), berdasarkan firman Allah,

 “Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (AI-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang Iain (ayat ayat) mutasyaabihat. Adapun orang orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-can’ ta’wi/nya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami ben’man kepada ayat ayat yang mutasyaabihal, semuanya itu dan‘ sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” Ali lmran: 7)

Allah juga berfirman: ” Dan sesunggulnya AI-Qur’an itu dalam Induk AI-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, ada/ah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hlkmah. ” (QS. Az-Zukhruf: 40)

Imam al Bukhari berpandangan bahwa penamaan surah ini dengan al-Fatihah sangat terkait dengan keduclukan dan poslsinya sebagai pembuka al Qur’an, clan juga meniadl surah pembuka yang dibaca dalam setiap shalat.

5. Ummul Qur’an (induk al-Qur’an), dlnamakan demik’lan kaxena ia mencakup permasalahan tauhid, ibadah, nasehat, peringatan akan hari pembalasan. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Alhamdulil/ah adalah ummu/ Qur ‘an dan Ummul kitab dan sab’ul matsani (tujuh ayat yang terulang). “

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh at-Tirmldzi bahwa salah seorang sahabat berkata, “Ummul Qura adalah Makkah, Ummul Qur’an adalah al-Fatihah.” Ada juga yang berpandangan bahwa dinamakan Ummul Qur’an karena ia mencakup dan menghimpun semua cabang ilmu.

6. Al-Matsani, yaitu yang diulang-ulang pembacaannya dalam shalat. Dalam Shahih al-Bukhari bahwa Rasulullah berkata kepada Abi Said bin al-Mu’alla,

“Sungguh aku akan mengajarkan kepadamu sebuah surah dimana ia adalah surah yang paling mulia dalam al-qur’an, yaitu Al-hamdulillahi rabbi! alamin, ia adalah tujuh (ayat) yang terulang-ulang dan Al-Qur’an aI-Adzhim yang aku diberikan. “

Allah Subhanahu wa Ta ’a/a berfirman:


ٱلْعَظِيمَ وَٱلْقُرْءَانَ ٱلْمَثَانِى مِّنَ سَبْعًا ءَاتَيْنَٰكَ وَلَقَدْ


‘Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca beulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. ”(Al-Hijr. 87)

7. Al-Qur’an AI-adzim disebut demikian karena ia mencakup dan menghimpun semua ilmu-llmu al-Qur’an, juga mencakup pujl-pulian yang sempurna bagi Allah.

8. Al-Syafiyah (penyembuh), penyebutan ini terambil dari hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id aI-Khudri bahwa Rasulullah bersabda, “Al-Fatihah adalah penyembuh (syifa ’) dari seluruh penyakit.” (HR. Muslim).

9. Ruqyah, penyebutan ini terambil berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id al Khudri bahwa Rasulullah berkata kepada seorang laki laki: ‘Apakah kamu mengetahui bahwa ia (Al Fatihah) adalah ruqyah?” laki laki ltu berkata, “Wahai Rasulullah, saya menjadikannya penyembuh untuk diriku.

Rasulullah bersabda:. “Semua surah al Qur’an adalah ruqyah. ” lbnu Mahlab berpandangan bahwa letak ayat ruqyah dalam surah Al-Fatihah adalah pada firman Allah. “iyya kana’budu wa iyyaka nasta’in.” (HR. Al Bukhari dalam bab al-Thibb)

10. Al Asas (dasar al Qur’an), penyebutan ini diambil berdasarkan perkataan lbnu Abbas, “Bagi setiap sesuatu memillki asas (dasar) dan asas dunia adalah Makkah . asas kitab adalah al Qur’an, asas al-Qur’an adalah al-fatihah, asas al-fatihah adalah ‘bismillahl rahmanl rahim’. apabila engkau sakIt atau mengeluhkan rasa sakit. hendaklah engkau mengobati dengannya, niscaya engkau akan sembuh dengan izin Allah.”

11. Al-Wafiyah (yang melengkapi). Sufyan bin Uyainah menyebutkan sebab penamaanan ini, “Karena ayatayat Al Fatihah tidak boleh dibaca dengan cara dipenggal atau dipotong. Lain halnya, apabila seseorang membaca surah yang lain (selain al-fatihah) maka la boleh membaca dengan cara membagi-bagi, misalnya dalam satu raka’at membaca satu ayat Ialu pada raka’at berikutnya ia membaca satu ayat lagi, namun itu tidak boleh dilakukan ketika membaca Al Fatihah.”

12. Al-Kafiyah (yang mencukupi), penamamaan ini didasarkan pada sabda Rasulullah kepada Muhammad al-lskandarani: “Ummul Qur’an adalah pengganti surah yang lain, dan surah yang Iain tidak dapat menggantikannya.” lbnu Katsir mengatakan: “Sesungguhnya al-Fatihah telah mencukupl surah yang lalnnya namun surah yang lainnya tldak dapat mencukupinya.”

Senin, 18 Januari 2021

LAFAL SHADAQALLAHUL-'ADZIM


Lafal shadaqa Allahul ‘Adzim, walau bukan persoalan baru namun masih ada saja yang bertanya tentangnya dalam mengakhir pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Bagi sebagian orang, persoalan ini dianggap sangat penting sehingga pantas untuk didiskusikan panjang lebar. Apakah termasuk ibadah atau bid’ah, berdosa atau tidak bila melaksanakannya.

Lafal Shadaqallahul- 'adzim mempunyai makna "telah benarlah Allah yang Maha Agung". Memang tidak dapat ditemukan adanya ayat Al-Qur'an atau Hadits yang menerangkan secara eksplisit (sharih) praktik atau perintah Nabi Muhammad saw untuk mengucapkan lafal tertentu sesudah membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an hanya mengajarkan bahwa sebelum membacanya kita terlebih dahulu harus mengucapkan lafal ta'awudz. Dalam suratAn-Nahl ayat 98, Allah berfirman;


فإذا قرأت القرآن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم


Artinya: "Apabila kamu membacaAl Qur'an, hendaklah kamu meminta perlin-dungan kepada Allah dari setan yang terkutuk".(Qs.an-Nahl[16]:98)


Meskipun tidak ditemukan dalam sumber naqli, praktek yang berlaku umum di tengah masyarakat adalah mengucapkan lafal "shadaqallahul-'azhim" setiap mengakhiri membaca Al-Qur’an. Dalam penelusuran kami, sesungguhnya penggunaan lafal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sudah berlangsung sejak lama. Para mufasir dalam beberapa kesempatan setelah menerangkan tafsir sua­tu ayat, terkadang menimpali tafsirannya dengan ucapan "shadaqallahul-'azhim". Sebagai contoh adalah Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, al-Qurtubi dalam al-Jami'liAhkamil-Qur'an} Ibnu Ajibah da­lam Tafsir Ibnu Ajibah, asy-Syanqithi da­lam Adlwahul-Bayan dan Sayid Qutb dalam Fi Zhilalil-Qur'an. Menurut hemat kami, lafal ini digunakan sesungguhnya sebagai bentuk penghormatan (al-Qurtubi: I/27) dan penegasan (afirmasi) komitmen seorang Muslim akan kebenaran berita dan kandungan Al-Qur'an yang difirmankan Allah SwT.


Dalil implisit (ghairu sharih) yang umumnya dijadikan sandaran untuk ba-caan ini adalah Al-Qur'an surat Ali Imran ayat: 95 :


قل صدق الله فاتبعوا ملة إبراهيم حنيفا وما كان من المشركين


Artinya: "Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]: 95)


Ayat ini jika dilihat dari konteksnya me­mang berbicara tentang Bani Israil. Melalui ayat tesebut, Nabi Muhammad saw di-perintahkan oleh Allah SwT untuk menegaskan kepada Bani Israil bahwa Al-Qur'an adalah benar (akurat) tentang kisah-kisah yang ia bawa mengenai Bani Israil di masa lalu. Namun, ber-istidlal (mengambil dalil) dari ayat ini bukannya sama sekali tidak dibenarkan. Dalam hukum tajwid dibolehkan membaca ayat ini dengan berhenti setelah lafal "Allah", atau bisa disebut waqf jaiz (tempat yang dibolehkan berhenti). Jika kita berhenti di sini, maka ayat ini dapat melahirkan makna yang independen dari ayat sebelumnya dan lafal sesudahnya. Sehingga makna umumnya adalah ucapan "shadaqallahu" tidak mesti diucapkan hanya di depan Bani Israil yang meragukan kebenaran Al-Qur'an, melainkan dapat dibaca kapanpun jika ia dibutuhkan. Adapun penambahan lafal 'al-'adzim' dalam shadaqallahul-'adzim adalah sebagai bentuk ta'dzim (pengagungan) terhadap Allah SwT.


Berangkat dari keterangan di atas, ma­ka pendapat yang dapat kita pegang adalah lafal "shadaqallahul-'adzim" boleh diucap­kan kapan pun, terutama setelah mendengar informasi yang berhubungan dengan kebenaran informasi yang dibawa Al-Qur'an. Demikian juga pengucapannya setelah membaca Al-Qur'an. la dapat diterima dan bukan merupakan bid'ah (meng-ada-ada) dalam urusan agama. Hanya saja, yang perlu dicatat di sini adalah pelafalan kalimat tersebut tidak boleh diiringi de­ngan keyakinan bahwa ia adalah Sunnah Nabi saw yang diajarkan secara khusus, apalagi menganggapnya sebagai kewa­jiban agama. Sehingga, orang yang meng-akhiri bacaan Al-Qur'an tidak harus mem­baca bacaan ini dan orang yang tidak mem­baca bacaan ini setelah membaca Al-Qur'an juga tidak menyalahi tuntunan aga­ma. Selain itu, catatan lainnya adalah hendaknya lafal ini tidak diucapkan setelah membaca ayat Al-Qur'an di dalam ibadah shalat, karena shalat adalah ibadah mahdlah yang kita hanya diperkenankan mengikuti petunjuk agama dalam pelaksanaannya.

 


1. Ucapan “Shadaqallahul Adzim” (Maha Benar Allah Yang Maha Agung) Seusai Setiap Membaca al-Qur’an

Mengucapkan “shadaqallahul azhim” (Maha Benar Allah Yang Maha Agung) seusai setiap membaca al-Qur’an merupakan perbuatan bid’ah, karena perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maupun para al-Khulafa’ur Rasyidun atau para shahabat radhiyallahu ‘anhum. Juga tidak pernah dilakukan oleh para imam-imam salaf padahal mereka sangat sering membaca al-Qur’an, sangat memperhatikannya dan mengerti tentangnya. Dengan demikian ucapan tersebut dan pengharusan bacaannya setiap kali usai membaca al-Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang diada-adakan.

Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengada-ada dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia akan tertolak.” [1] (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam lafazh yang diriwayatkan Muslim disebutkan,

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak.” [2][3]

Adapun apabila ucapan tersebut dilafazhkan seseorang sesekali saat mendengarkan suatu ayat atau memikirkannya kemudian ia mendapatkan suatu pengaruh yang nyata dalam dirinya, maka tidak mengapa baginya untuk mengucapkan “Mahabenar Allah Yang Mahaagung, telah terjadi begini dan begitu”. Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah:"Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. 3:95)

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

“Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah.” (QS. 4:87)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda :

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ

“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah.” [4]

Maka boleh mengucapkan ucapan Shadaqallah dalam beberapa peristiwa yang menunjang ucapan tersebut, seperti bila melihat sesuatu yang terjadi, yang sebelumnya Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengingatkannya.

Namun apabila kita menjadikan ucapan tersebut seakan-akan termasuk hukum bacaan, maka perbuatan itu tidak ada dasarnya dan mengharuskannya termasuk bid’ah. Yang ada dasarnya dalam hukum bacaan adalah memulai membaca dengan mengucapkan isti’adzah (doa mohon perlindungan), sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa ta'ala :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Apabila kamu membaca al-Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. 16:98).

Rasulullah mengucapkan doa perlindungan dari setan saat memulai membaca al-Qur’an dan membaca basmalah setiap awal surat selain surat Bara’ah (at-Taubah). Adapun seusai membaca al-Qur’an, tidak ada pengharusan untuk mengucapkan dzikir khusus atau ucapan “shadaqallah”, atau lainnya. [5]