Jumat, 05 Februari 2021

Duel Maut Rasulullah dengan Ubay bin Khalaf

 


Rasulullah memimpin langsung 27 peperangan yang terjadi pada masanya. Namun, hanya sembilan peperangan saja yang berakhir dengan pertempuran karena selebihnya musuh menyerah secara damai. Perang Waddan (al-Abwa’) merupakan perang pertama yang diikuti Rasulullah. Perang ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke-2 Hijriyah. Sementara perang Tabuk (al-Usrah) yang meletus pada bulan Rajab tahun ke-12 Hijriyah menjadi perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah.  

Mengutip dari buku Perang Muhammad: Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah, ada tiga alasan yang menyebabkan Rasulullah berperang. Pertama, meladeni serangan musuh untuk mempertahankan diri. Seperti dalam perang Badar, Uhud, dan Khandaq.  Kedua, menghukum mereka yang mengkhianati kerja sama atau perjanjian damai. Seperti perang Khaibar, Quraizhah, dan lainnya. Ketiga, menyerang sebelum diserang. Rasulullah juga melancarkan peperangan dengan musuh yang mengancam kaum Muslim seperti perang Tabuk. Terlepas dari itu semua, Rasulullah tidak pernah menyulut peperangan dengan siapapun.  Diriwayatkan bahwa Rasulullah juga ikut bertempur langsung dalam tujuh medan peperangan. Yaitu perang Badar, Uhud, Muraisi’, Khandaq, Quraizhah, Khaibar, Penaklukan Makkah (Fathu Makkah), Hunain, dan Thaif. 

Semua peperangan berhasil dimenangkan kaum Muslim, kecuali perang Uhud. Pada perang Uhud, kaum Muslim yang awalnya hendak menang menjadi kalah karena pasukan pemanah Muslim tidak mematuhi pesan Rasulullah. Mereka meninggalkan pos-posnya sebelum perang benar-benar berakhir untuk mengambil ghanimah (harta rampasan perang).  Perang Uhud juga menyisakan cerita yang menarik. Salah satunya adalah duel maut antara Rasulullah dengan Ubay bin Khalaf. Merujuk buku Para Penentang Muhammad saw., duel maut antara Rasulullah dengan Ubay bin Khalaf menjadi tidak terelakkan dalam perang Uhud. 

Dengan menaiki kuda, Ubay menghampiri Rasulullah untuk membunuhnya. Melihat kejadian itu, para sahabat yang ada di samping Rasulullah berupaya untuk menghalau Ubay bin Khalaf namun kemudian dicegah oleh Rasulullah.  Rasulullah yang sedari tadi sudah siap langsung melemparkan tombaknya ke arah Ubay bin Khalaf yang semakin mendekat. Ubay jatuh dari kudanya setelah tombak lemparan Rasulullah tepat mengenai tulang rusuknya. Setelah perang usai, Ubay bin Khalaf ditandu karena tidak bisa berdiri setelah terkena tombak Rasulullah. 

Ubay bin Khalaf tewas di tengah perjalanan ketika pasukan Quraisy hendak membawanya kembali ke Makkah.  Ubay bin Khalaf merupakan salah satu anggota dari kelompok Syu’bah al-Syak, sebuah komunitas elit Quraisy yang sangat membenci Rasulullah. Semua anggota kelompok Syu’bah al-Syak -Abu Jahal bin Hisyam, Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah, Umayyah bin Khalaf- tewas dalam perang Uhud kecuali Ubay bin Khalaf.   Iya, Ubay dikenal sebagai seorang petarung yang hebat. Dia bisa saja lolos dari maut pada saat perang Badar, namun tidak pada saat perang Uhud. (A Muchlishon Rochmat)

Jumat, 29 Maret 2019

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.

“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:

“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya  Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.

Maka orang Arab itu pula berkata:

“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya, (pengampunan-Nya)’ jawab orang itu.

‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:

“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” Betapa sukanya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.


Source : Himpunan kisah-kisah teladan
Shared By Kisah Penuh Hikmah