Kamis, 22 Juli 2021

Keutamaan Membaca Ayat Kursi Sebelum Tidur, Pagi dan Petang


Ayat Kursi merupakan bacaan penting yang harus diamalkan oleh umat Islam. Berderet manfaat yang akan didapat seorang muslim bila membaca salah satu ayat paling terkenal dalam Alquran ini.

Ayat Kursi sendiri merupakan salah satu ayat dalam surah Al Baqarah, yaitu berada di ayat ke-255 dalam surah kedua dalam kitab suci umat Islam tersebut.

Salah satu keutamaan membaca Ayat Kursi adalah sebagai bacaan atau doa yang dibaca sebelum tidur. Bisa dibaca sambil tiduran, atau sebelum merebahkan badan di ranjang

Manfaat Ayat Kursi dibaca sebelum tidur itu tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi”. (HR. Bukhari).

Selain itu, Ayat Kursi juga bisa dibaca sebagai zikir di pagi dan petang hari. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga petang. Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi hingga pagi.” (HR. Al Hakim).


Bacaan Ayat Kursi Beserta Arti dan Cara Membacanya

Berikut bacaan ayat kursi lengkap dengan arti dan cara membacanya.


ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Bacaan dalam Latin

Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih,

ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.

Artinya:

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah: 255)
Makna dan Keutamaan Surat Al Fatihah


Surat Al Fatihah merupakan surat pertama yang ada di mushaf Al Quran. Surat ini dilantunkan saat salat maupun saat berdoa kepada Allah.

Melansir dari Umma.id, surat Al Fatihah juga disebut dengan Surat Kafiyah atau surat yang mencukupkan.

Karena itu membaca surat Al Fatihah dengan penuh penghayatan, terlebih bila dijadikan dzikir, akan membawa manfaat tersendiri.

Berikut bacaan Surat Al Fatihah dan artinya: 

Bismillahir rahmanir rahim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Ar Rahmaanirrahiim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Ihdinash-shirraatal musthaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladh-dhaalliin.

Artinya:

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Selain bacaan dan juga artinya, surah Al-Fatihah memiliki manfaat dan juga maknanya, yaitu:

Dimudahkan Dalam Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Dengan rutin membaca surat Al Fatihah 100 kali, Allah akan memberikan ilmu dengan ijinNya.

Diberi Kemudahan Mengontrol Hati dan Pikiran

Orang yang rutin membaca surat Al Fatihah 100 kali dalam sehari akan terjaga pikiran dan hatinya, sehingga terhindar dari hal-hal yang memberi akibat buruk.

Dalam sebuah hadis, diceritakan bahwa Rasulullah menyembuhkan orang yang menderita sakit jiwa dengan ijin Allah.

Kala itu, salah satu surat yang dibaca adalah surat Al Fatihah. Karena itu, salah satu manfaat membaca surat Al Fatihah 100 kali adalah dimudahkan menjaga kebaikan serta kesehatan hati dan pikiran.

Dikabulkan Hajat yang Baik

Manfaat membaca surat Al Fatihah 100 kali yang banyak dirasakan adalah dikabulkannya hajat baik seseorang.

Apapun masalah yang sedang dirasakan, atau tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana jika kita mendekatkan diri kepada Allah lewat membaca surat Al Fatihah 100 kali.

Dilancarkan Rezeki

Jika menginginkan rezeki lebih, maka sebaik-baik tempat meminta hanyalah kepada Allah. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah wirid membaca surat Al Fatihah 100 kali.

Jika rutin dilaksanakan (misal membacanya 20 kali setiap usai shalat), maka Allah akan memudahkan rezeki kita, menaikkan derajat kita ke tempat yang lebih baik, serta mempermudah urusan di dunia.

Diberi Kesembuhan

Segala sakit yang dirasakan manusia sejatinya berasal dari Allah. Selain berikhtiar mencari kesembuhan dengan mendatangi petugas medis, cara paling utama untuk memperoleh kesembuhan ialah memintanya kepada Allah.

Cara meminta yang baik adalah dengan disertai amal sholeh, seperti membaca surat Al Fatihah 100 kali. Apalagi Al Fatihah memang dikenal sebagai surat penyembuh atau ruqyah, maka Insya Allah kesembuhan akan lebih mudah diraih.


Selasa, 06 Juli 2021

Shalawat yang Dibaca Imam Al Thabrani Saat Bermimpi Bertemu Rasulullah



Dalam kitab Sa’adatud Darai fi Al-Shalati ‘ala Sayyid Al-Kawnain, Syaikh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani menyebutkan salah satu bentuk shalawat yang dimiliki oleh Imam Al-Thabrani. Lafadz shalawat yang pernah dibaca Imam al Thabrani adalah sebagai berikut;


اَللَّهُمَّ لَكَ اْلحَمْدُ بِعَدَدِ مَنْ حَمِدَكَ وَلَكَ اْلحَمْدُ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يَحْمَدْكَ وَلَكَ اْلحَمْدُ كَمَا تُحِبُّ أَنْ تُحْمَدَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُصَلِّىَ عَلَيْهِ

Allohumma lakal hamdu bi ‘adadi man hamidaka wa lakal hamdu bi ‘adadi man lamyahmadka wa lakal hamdu kamaa tuhibbu antuhmad. Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin bi ‘adadi man shollaa ‘alaihi wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin bi ‘adadi man lam yusholli ‘alaihi wa sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadin kamaa tuhibbu ayyushollaa ‘alaihi.

Artinya:

Ya Allah, bagi-Mu segala puji dengan sebanyak hitungan orang yang memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji dengan sebanyak hitungan orang yang tidak memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji sebagaimana Engkau senang untuk dipuji. Ya Allah, berilah rahmat atas junjungan kami, Nabi Muhammad, dengan sebanyak hitungan orang yang bershalawat kepadanya, berilah rahmat atas junjungan kami, Nabi Muhammad, dengan sebanyak hitungan orang yang tidak bershalawat kepadanya, berilah rahmat atas junjungan kami, Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau senang agar beliau diberi rahmat.

Disebutkan bahwa di dalam mimpi, shalawat yang dibaca Imam Al Thabrani diucapkan di hadapan Nabi Saw, dan beliau tersenyum hingga giginya tampak dan mengeluarkan cahaya. Ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad Al-Fakihi Al-Maliki dalam kitab Husnut Tawassul fi Ziarati Afdholir Rusul berikut;

انشاها الطبراني وذكر انه قالها في المنام بحضرة النبي صلى الله عليه وسلم فتبسم صلى الله عليه وسلم عند سماعها حتى بدت نواجذه وظهر النور من ثناياه الكريمة

(Shalawat ini) dibikin oleh Imam Al-Thabrani. Disebutkan bahwa beliau pernah membaca shalawat ini di dalam mimpi di hadapan Nabi Saw. Ketika mendengar shalawat ini, beliau tersenyum hingga tampak gigi gerahamnya dan cahaya tampak dari giginya.

Senin, 05 Juli 2021

Doa Setelah Membaca Surah Al-Fatihah



Surah Al-Fatihah merupakan surah yang paling sering dibaca oleh kaum muslimin, tidak hanya di dalam shalat tapi juga di luar shalat. Jika kita membaca surah Al-Fatihah di luar shalat, maka kita disunnahkan untuk berdoa. Di antara doanya adalah sebagai berikut;


اللَّهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَبِسِرِّ الْفَاتِحَةِ وَبِبَرَكَةِ الْفَاتِحَةِ وَبِكَرَامَةَ الْفَاتِحَةِ أَنْ تَفْتَحَ لَنَا أَبْوَابَ الْخَيْرِ , وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ الْخَيْرِ, وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلَامٌ وآخِرُ دَعْوَاهُمْ عَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ

Allohumma bi haqqil fatihahati wa bi sirril fatihati wa bi karomatil fatihati an taftaha lana kulla khoirin wa tatafadhdhola ‘alaina bi kullil khoiri wa an taj’alana min ahlil khoiri subhanakallohumma wa tahiyyatuhum fiha salam wa akhiru da’wahum anilhamdulillahi robbil ‘alamina.

Ya Allah, dengan kebenaran Al-Fatihah, dengan rahasia Al-Fatihah, dengan kemuliaan Al-Fatihah, Engkau bukakanlah kepada kami pintu-pintu kebaikan, dan karuniakanlah kepada atas kami semua kebaikan, dan jadikanlah kami bagian dari ahli kebaikan. Maha Suci Engkau Ya Allah, dan penghormatan mereka di surga adalah salam, dan akhir doa mereka adalah alhamdulillahi robbil ‘alamin.

Rabu, 23 Juni 2021

Ucapan Selamatan Dan Doa Atas Kelahiran Anak Ada Dalam Hadits Shahih

Setelah anak lahir, puncaknya ketika aqiqah anak di hari ketujuh, sanak saudara dan tetangga berdatangan. Mereka membawa ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak. Semua berbahagia. Doa-doa mereka mengikis sedikit demi sedikit rasa sakit yang dialami oleh ibunda saat melahirkan anaknya dan berganti dengan keceriaan.

Ada kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak yang sering diamalkan oleh kebanyakan masyarakat muslim di sekitar.

Kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak tersebut diyakini oleh kebanyakan masyarakat sebagai ucapan selamat dan doa yang sudah sesuai lafalnya dengan contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Redaksi kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak tersebut sebagai berikut. 

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي المَوهُوبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

“Semoga Allah memberkahi anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga kamu senantiasa bersyukur kepada Sang Pemberi (Allah), semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau diberi rezeki dengan patuh-baktinya.”

Pertanyaan yang diajukan adalah, benarkah lafal di atas bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Jika bukan dari Nabi, lantas dari mana sumber doa atas kelahiran anak yang populer di tengah masyarakat tersebut?

Kemudian, apa memang tidak ada sama sekali lafal doa atas kelahiran anak yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan diriwayatkan dengan sanad yang shahih?

Semoga tulisan ini bisa menjelaskan tiga persoalan tersebut.


Dari Mana Sumber Lafal Doa Atas Kelahiran Anak yang Beredar di Masyarakat Selama Ini?

Ada beberapa bentuk teks doa atas kelahiran anak yang beredar populer di masyarakat. Beberapa di antaranya status riwayatnya dha’if dan bukan hadits marfu’ yang otentik berasal dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK PERTAMA,

شَكَرْتَ الْوَاهِبَ وَبُوْرِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ وَرَزَقْتَ بِرَّهُ

“Semoga kamu senantiasa bersyukur kepada Sang Pemberi (Allah), dan diberkahi dengan anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau diberi rezeki dengan patuh-baktinya.”

Lafal doa atas kelahiran anak ini ternyata bukan berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lafal ini adalah perkataan al-Hasan al-Bashri. Dalam ilmu hadits, ini disebut dengan hadits maqthu’ (hadits yang sanadnya berhenti sampai pada tabi’in), bukan hadits marfu’ (hadits yang sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Redaksi utuh hadits maqthu’ yang memuat doa ini dapat dijumpai dalam kitab Musnad Ali Ibnu al-Ja’d (No. 3398, hlm. 488).

Ia menuliskan, “Al-Haitsam bin Jamaz telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, seseorang berkata kepada al-Hasan,

يَهْنِيكَ الْفَارِسُ، فَقَالَ الْحَسَنُ وَمَا يَهْنِيكَ الْفَارِسُ؟ لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ بَقَّارًا أَوْ حَمَّارًا، وَلَكِنْ قُلْ: شَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبُورِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوبِ، وَبَلَغَ أَشَدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda.” Al-Hasan berkata, “Apa itu selamat atas hadirnya seorang penunggang kudaMungkin saja ia akan menjadi penunggang sapi atau keledaiTapi katakanlah, ‘Syakarta al-Wahibu wa burika laka fil mauhubi wa balagha asyuddahu wa ruziqta birrahu.’”

Lafal doa ini juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi al-Jurjani dalam kitab Al-Kamil (7/101), Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab An-Nafawah ala Al-‘Iyal No. 201 (1/365). Kedua sumber ini sama-sama meriwayatkannya dari Al-Haitsam bin Jimaz al-Bashri al-Hanafi.

Periwayatan doa ini dinilai dha’if oleh sejumlah ulama ahli hadits. Karena dalam periwayatannya terdapat perawi yang bernama al-Haitsam bin Jimaz. Ibnu Adi al-Jurjani menyebutkan beberapa penilaian ulama ahli hadits terhadap perawi ini.

Yahya bin Ma’in menilai, “Al-Haitsam bin Jimaz al-Hanafi yang berasal dari Bashrah ini statusnya dha’if.” Imam Ahmad bin Hanbal menilai, “Ia adalah munkirul hadits yang telah ditinggalkan hadits-haditsnya.” An-Nasa’i menilai, “Dia matrukul hadits.” (Al-Kamil fi Dhu’afa’i ar-Rijal, Ibnu ‘Adi al-Jurjani, 8/395; Lisanul Mizan, 6/204)

Hadits maqthu’ di atas juga memiliki jalur periwayatan lain dari Said bin Nushair, Katsir bin Hisyam telah mengabarkan kepada kami, Kaltsum bin Jausyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, seorang lelaki datang kepada al-Hasan….dst.

Hadits tersebut juga dinilai dha’if oleh para ulama ahli hadits sebab di dalam mata rantai sanadnya terdapat perawi bernama Kaltsum bin Jausyan yang statusnya dha’if di mata para ulama ahli hadits.

Kaltsum bin Jausyan memiliki nama panjang Kaltsum bin Jausyan al-Qusyairi ar-Raqi. Yahya bin Main mengatakan ia berasal dari Qusyair. Ia adalah seorang imam masjid Bani Qusyair. (Tarikh Ibnu Ma’in, Yahya bin Ma’in al-Baghdadi, 4/106)

Abu Hatim ar-Razi menilai, “Kaltsum bin Jausyan haditsnya dha’if.” (Al-‘Ilal, Ibnu Abi Hatim, 3/642; Mizanul I’tidal, Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi, 3/413)

Ibnu Hibban mengatakan, “Tidak boleh berhujjah dengan riwayatnya.” (Al-Majruhin minal Muhadditsin wa adh-Dhu’afa’ wal Matrukin, Muhammad Ibnu HIbban al-Busti, No. 905, 2/230)

Abu Ubaid al-Ajuri pernah bertanya kepada Abu Daud tentang status Kultsum bin Jausyan al-Qusyairi. Beliau mengatakan, “Dia memunkarkan hadits.” (Tahdzibul Kamal fi Asma’ ar-Rijal, Yusuf bin Abdurrahman (Abul Hujjaj), 24/202; Al-Kasyif, Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi, 2/149)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK KEDUA,

جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga Allah menjadikan berkah karunia yang diberikan kepadamu dan kepada umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lafal doa atas kelahiran bayi bentuk ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dari jalur Khalid bin Khidasy dari Hammad bin Zaid, ia berkata, “Biasanya jika Ayyub memberi selamat atas kelahiran bayi ia berdoa,…(kemudian menyebutkan doa di atas). (An-Nafaqah ‘ala al-‘Iyal, Ibnu Abi ad-Dunya No. 202, 1/366)

Imam ath-Thabrani juga meriwayatkan dari jalur yang sama; Muhammad bin Ali bin Syu’aib as-Simsar telah mengabarkan kepada kami, Khalid bin Khidasy telah mengabarkan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Biasanya jika Ayub memberi selamat atas kelahiran bayi ia berdoa,…(kemudian menyebutkan doa di atas).” (Ad-Du’a, Imam ath-Thabrani No. 946, hlm. 294)

Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari menjelaskan, di dalam mata rantai sanadnya terdapat perawi bernama Khalid bin Khidasy. Ia diketahui sebagai perawi yang jujur tapi kadang-kasang keliru. Sanad ini hanya sampai pada Ayub. (Kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabrani, tahqiq DR. Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari, 1244)

Ayyub yang dimaksud dalam sanad hadits di atas adalah Ayyub as-Sikhtiyani. Ia adalah seorang tabi’in. Sehingga, teks ini bukanlah hadits yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits marfu’), namun ini adalah perkataan seorang tabi’in, Ayyub as-Sikhtiyani (hadits maqthu’)

Masih dalam kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabarani juga meriwayatkan lafal doa yang sama namun dengan konteks dan jalur periwayatan yang berbeda.

Yahya bin Utsman bin Shalih telah mengabarkan kepada kami, Amru bin ar-Rabi’ bin Thariq telah mengabarkan kepada kami, as-Sariy bin Yahya telah mengabarkan kepada kami,

أَنَّ رَجُلًا مِمَّنْ كَانَ يُجَالِسُ الْحَسَنَ وُلِدَ لَهُ ابْنٌ فَهَنَّأَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: لِيَهْنِكَ الْفَارِسُ، فَقَالَ الْحَسَنُ: وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهُ فَارِسٌ لَعَلَّهُ نَجَّارٌ، لَعَلَّهُ خَيَّاطٌ قَالَ: فَكَيْفَ أَقُولُ؟ قَالَ: قُلْ جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ada seseorang yang sedang bermajelis dengan al-Hasan yang dianugerahi dengan lahirnya seorang anak, salah seorang memberinya selamat dengan berkata, “Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda.

Al-Hasan berkata, “Apa engkau tahu bahwa anak itu seorang penunggang kuda, bisa jadi dia adalah tukang kayu, bisa jadi dia tukang jahit.”

Orang tadi berkata, “Lalu apa yang aku ucapkan?”

Al-Hasan menjawab, “Ucapkan: ‘Ja’alahullahu mubarakan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam.’” (Ad-Du’a, Imam ath-Thabrani No. 945, hlm. 294)

Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari menjelaskan, lafal doa ini sanadnya hasan. Riwayatnya hanya sampai pada al-Hasan al-Bashri. Jadi ini bukan hadits Nabi. (Kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabrani, tahqiq DR. Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari, 1243)


 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK KETIGA,

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

Semoga Allah memberkahimu atas pemberiannya kepadamu, engkau layak bersyukur, (semoga) anakmu cepat dewasa dan engkau diberi rezeki berupa baktinya kepadamu.”

Lafal doa ini disebutkan oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani rahimahullah dalam kitab beliau Hishnul Muslim Min Adzkar al-Kitab wa as-Sunnah (doa nomor 145).

Dalam catatan kakinya, beliau menyebutkan bahwa doa tersebut beliau nukil dari Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar (1/289).

يُسْتَحَبُّ تَهْنِئَةُ الْمَوْلُوْدِ لَهُ، قَالَ أَصْحَابُنَا: وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُهَنَّأَ بِمَا جَاءَ عَنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ عَلَّمَ إِنْسَاناً التَّهْنِئَةَ فَقَالَ: قُلْ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ.

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَرُدَّ عَلَى الْمُهَنِّئِ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْراً، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، أَوْ أَجْزَلَ اللهُ ثَوَابَكَ، وَنَحْوُ هَذَا.

“Dianjurkan untuk memberi selamat kepada orang yang melahirkan. Sahabat kami berkata, ‘Dianjurkan untuk memberi selamat sebagaimana riwayat dari al-Husain radhiyallahu bahwasannya beliau mengajari seseorang ucapan selamat. Beliau berkata, Barakallahu laka fil Mauhubi laka wa syakartal wahib awa balagha asyuddahu wa ruziqta birrahu.’”

“Dan dianjurkan pula untuk membalas ucapan selamat tersebut dengan, ‘Barakallahu lak awa baraka ‘alaika, wa jazakallahu khairan, wa razaqakallahu mitslahu, atau Ajzalallahu tsaawabaka, dan semisalnya.’”

Namun sayang sekali imam an-Nawawi tidak menyebutkan mata rantai periwayatannya secara utuh.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Selain itu, ada perbedaan versi riwayat; sebagian riwayat menyebutkan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sebagian riwayat lain menyebutkan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Hasan al-Bashri rahimahullah, seorang ulama tabi’in.

Penisbatan lafal doa itu kepada al-Husain bin Ali hanya didapati dalam kitab-kitab ulama mazhab Syafi’i yang seluruhnya menukil dari imam an-Nawawi. Selain dari kitab-kitab ulama mazhab Syafi’i, menisbatkan pada al-Hasan al-Bashri. (Ittihaf al-Muslim bi Syarh Hishnil Muslim, Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, 922)

Namun, riwayat yang menyatakan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Hasan al-Bashri memiliki bukti yang lebih kuat. Sebab lafal doa tersebut memiliki jalur riwayat lain yang menunjuk kepada nama al-Hasan al-Bashri. (Wushul al-Amani bi Ushul at-Tahani, Imam al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi, tahqiq: Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri, 36)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Selain itu, dalam riwayat yang disebutkan oleh Ibnu ‘Asakir, di sana ada sebutan kunyah ‘Abu Sa’id’, ini adalah kunyah Al-Hasan al-Bashri, bukan kunyah al-Husain bin Ali. Al-Husain bin Ali tidak memiliki nama kunyah Abu Sa’id. (Min a’lam as-Salaf, Syaikh Ahmad Farid, 5/3)

Berikut ini teks lengkap yang disebutkan oleh Ibnu ‘Asakir:

جَاءَ رَجُلٌ عِنْدَ الْحَسَنِ وَقَدْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ فَقِيْلَ لَهُ يُهَنِّئَكَ الْفَارِسُ فَقَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُدْرِيْكَ أَفَارِسٌ هُوَ؟ قَالُوْا: كَيْفَ نَقُوْلُ يَا أَبَا سَعِيْدِ؟ قَالَ: تَقُوْلُ: بُوْرِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ وَرُزِقْتَ بِرَّهُ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ

“Seseorang datang kepada al-Hasan, dan baru saja ia dikaruniai seorang anak. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda’. Lalu al-Hasan berkata, ‘Dari mana engkau tahu ia akan menjadi seorang ahli penunggang kuda?’

Orang-orang pun bertanya, ‘Lalu, kami harus mengucapkan apa, wahai Abu Sa’id?’

Al-Hasan menjawab, ‘Burika laka fil mauhub, wa syakartal wahib, wa riziqta birrahu wa balagha asyuddahu.’” (Tarikh Damsyiq, Ibnu ‘Asakir, 59/276)

Doa Atas Kelahiran Anak dalam Hadits Shahih-dakwah.id

 

Apakah Ada Ucapan Selamat dan Doa Atas Kelahiran Anak yang Sanadnya Shahih?

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan, ada satu lafal doa yang sanad periwayatannya berstatus hasan. Artinya, secara sanad tidak ada masalah. Namun, lafal tersebut hanya terhenti pada seorang tabi’in saja. yakni al-Hasan al-Bashri. Jadi, lafal doa atas kelahiran bayi tersebut bukanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hadits marfu’, tapi atsar tabi’in (hadits maqthu’).

Kemudian, jika ditelusuri dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak dijumpai hadits yang kontennya berisi ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang doa atas kelahiran anak.

Kecuali hanya satu riwayat saja, yakni kisah yang cukup panjang tentang Ummu Sulaim.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Waktu itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada Abu Thalhah bahwa ia akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Karena ia dan istrinya, Ummu Sulaim, telah bersabar atas meninggalnya anak mereka yang belum lama lahir.

Setelah anak laki-laki dalam kandungan Ummu Sulaim terlahir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Anas—putra Ummu Sulaim dari suaminya yang pertama, Malik—untuk menyampaikan pesan kepada Ibunya agar tidak memasukkan makanan apa pun ke mulut bayinya yang baru lahir itu sampai membawanya ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Anas datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara bayi laki-lakinya yang ia letakkan dalam dekapan lengannya, ia serahkan kepada beliau.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambilkan tiga butir kurma Ajwa.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunyah kurma tersebut hingga lembut lalu dimasukkan ke mulut bayi laki-laki Abu Thalhah sembari bersabda, “Kabilah Anshar itu menyukai kurma.”

Lalu beliau bersabda, “Kembalilah kepada ibumu dan sampaikan doa,

بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.’”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bazzar. Redaksi panjangnya dapat dibaca secara lengkap dalam kitab Musnad al-Bazzar hadits nomor 7310 (13/495).

Abu al-Hasan Nuruddin al-Haitsami berkomentar, “Para perawinya adalah para perawi kitab ash-Shahih (Shahih al-Bukhari) selain Ahmad bin Manshur ar-Ramadi, dan ia adalah perawi yang tsiqah.” (Majma’ az-Zawa’id wa Ma.ba’ al-Fawa’id, Abu al-Hasan  Nuruddin al-Haitsami, hadits nomor 15421, 9/261).

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Kesimpulannya, jika ditanya apakah ada lafal doa atas kelahiran bayi yang sanadnya shahih? Maka jawabannya adalah ada. Lafal doa yang bersanad shahih ada dua.

Lafal pertama bersumber dari atsar tabi’in. Ini hadits maqthu’, bukan hadits marfu’. Yaitu lafal yang bersumber dari al-Hasan al-Bashri:

جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga Allah menjadikan ia keberkahan bagimu dan bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Lafal yang kedua bersumber dari hadits. Yakni doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Sulaim atas kelahiran anak laki-lakinya:

بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”

Selain dua lafal di atas, penulis belum menemukan lafal yang jalur periwayatannya shahih. Wallahu a’lam.

 

Mana yang Lebih Utama: Mengamalkan Doa dari Hadits Shahih atau Doa dari Hadits Dha’if tentang Doa Atas Kelahiran Anak?

Banyak ulama kontemporer yang berpendapat tidak ada hadits marfu’ yang menyebutkan doa atas kelahiran anak, di antaranya Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dan Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus.

Kedua ulama ini juga menganggap bahwa doa atas kelahiran anak yang populer di masyarakat (barakallahu fil mauhub..dst) ini bukanlah hadits Nabi, melainkan perkataan atau atsar dari Al-Hasan al-Bashri rahimahullah. Keduanya juga sepakat bahwa sanad hadits tersebut dha’if.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Meski demikian, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid tetap membolehkan menggunakan lafal tersebut sebagai doa atas kelahiran anak dengan beberapa argumentasi:

Pertama, meskipun riwayat atsar tersebut statusnya dha’if, riwayat tersebut memiliki mutaba’ah mutaba’ah (meskipun riwayatnya menurut beliau juga dha’if) yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Damsyiq (59/276) dari jalur Muawiyah bin Muhammad al-Adzari, bahwa Muhammad bin Ibrahim bin Bakkar al-Qurasyi mengabarkan kepada mereka, Said bin Nashir telah mengabarkan kepada kami, Katsir bin Hisyam telah mengabarkan kepada kami, Kaltsum bin Jausyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Seseorang datang kepada al-Hasan….”dst.

Kedua, ketika hukum asal dalam lafal doa di luar ibadah itu adalah mutlak tanpa terikat, maka orang yang ingin berdoa mendapat peluang untuk memilih lafal doa mana pun yang menurutnya paling meyakinkan untuk terkabul, paling lengkap, dan paling sesuai dengan tujuan ia berdoa.

Ketiga, para ulama lebih suka mengamalkan doa yang sumber riwayatnya dari al-Hasan al-Bashri, sebagaimana disebutkan imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ (8/443), Al-Adzkar (289) dan disebutkan pula oleh Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni (9/464). Juga lafal doa yang bersumber dari Ayyub as-Sikhtiyani (Ja’alallahu mubarakan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam) yang riwayatnya telah diurai sebelumnya.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Sementara Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus juga berpendapat bahwa mengucapkan doa atas kelahiran anak dengan lafal yang disebutkan oleh Imam an-Nawawi (barakallahu fil mauhub..dst) dihukumi mustahab (dianjurkan) oleh para ulama.

Menurut beliau, Kalimat doa yang dibawakan oleh al-Hasan al-Bashri tersebut—meskipun itu bukan hadits Nabi—merupakan bagian dari al-Kalimah ath-Thayyibah, perkataan yang baik. Sementara mengucapkan dan menyampaikan kalimat thayyibah kepada sesama muslim ada anjurannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana terdapat dalam sabda beliau yang diriwayatkan dari Adi bin Hatim radhiyallahu anhu,

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Jauhilah Neraka meski hanya sekedar dengan setangkai kurma. Bagi yang tidak memiliki, bisa dengan al-Kalimah ath-Thayyibah (perkataan yang baik).” (HR. Al-Bukhari No. 6540; HR. Muslim No. 1016)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan,

وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

Perkataan yang baik adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari No. 2989; HR. Muslim No. 1009)

Maka, substansi dan maqashid dari ucapan doa atas kelahiran anak sebenarnya adalah untuk menyisipkan rasa kebahagiaan dan ghibthah (keceriaan) dalam hati sesama muslim dalam rangka menguatkan tali ukhuwah, ikatan cinta (mahabbah), dan keakraban sesama muslim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المُؤْمِنُ مَأْلَفٌ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ

Seorang mukmin adalah ma’laf (mudah akrab, sumber keakraban). Tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak mudah akrab (kepada orang laindan orang lain tidak mudah akrab kepadanya.” (HR. Ahmad No. 9198; HR. Al-Hakim No. 59. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No. 426)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Dengan landasan tersebut, maka seorang muslim dianjurkan untuk bersegera dalam memberikan rasa kebahagiaan dan menyampaikan kepadanya hal-hal yang membahagiakan. Dan caranya tidak hanya terbatas dengan ucapan selamat dan doa atas kelahiran baik kepada si bayi ataupun orang tuanya, bisa dengan cara-cara lain yang memiliki tujuan yang sama.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah, dia berkata:

لَمَّا وُلِدَ لِي إِيَاسٌ دَعَوْتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَطْعَمْتُهُمْ فَدَعَوْا؛

فَقُلْتُ: إِنَّكُمْ قَدْ دَعَوْتُمْ فَبَارَكَ اللهُ لَكُمْ فِيمَا دَعَوْتُمْ، وَإِنِّي إِنْ أَدْعُو بِدُعَاءٍ فَأَمِّنُوا،

قَالَ: فَدَعَوْتُ لَهُ بدُعَاءٍ كَثِيرٍ -فِي دِينِهِ وَعَقْلِهِ وَكَذَا-. قَالَ: فَإِنِّي لَأَتَعَرَّفُ فِيهِ دُعَاءَ يومئذٍ.

Ketika aku diberi karunia dengan kelahiran ‘Iyas, aku mengundang sekelompok sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku menghidangkan makanan untuk mereka lalu mereka mendoakanku.

Aku berkata, “Sungguh kalian telah mendoakanku, maka semoga Allah memberkahi kalian atas doa-doa kalian, dan sesungguhnya aku akan berdoa maka aminkanlah.”

Maka aku pun berdoa (untuk anakku) dengan doa yang banyak –tentang agamanya, akalnya, dan yang lainnya. Sungguh saat ini pun aku masih ingat doa yang kupanjatkan (untuk anakku) pada hari itu. (HR. Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab al-Mufrad no. 1255. Syaikh Al-Albani berkata, riwayat ini shahih dengan sanad maqthu’).

Namun, pendapat Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dan Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus yang menyatakan bahwa di dalam al-Quran atau as-Sunnah tidak ada lafal doa atas kelahiran anak terbantahkan dengan ditemukannya teks hadits shahih riwayat al-Bazzar tentang kisah Ummu Sulaim sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

Sehingga, lafal doa atas kelahiran anak yang lebih diutamakan untuk diamalkan adalah lafal yang terdapat dalam kisah Ummu Sulaim tersebut. Wallahu a’lam

Kamis, 28 Januari 2021

Doa Sebelum Dan Sesudah Tidur

 Doa Sebelum Tidur


بِسْمِكَ االلّٰهُمَّ اَحْيَا وَبِاسْمِكَ اَمُوْتُ

Bismikallaahuma ahyaa wa bismika amuutu

Artinya: "Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah, aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu aku mati"



Doa Sebelum Tidur


بِسْمِكَ اللّٰهُمَّ اَحْيَا وَاَمُوْتُ

Bismikallohumma ahya wa amuutu

Artinya: "Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati".


Doa Bangun Tidur


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَحْيَانَا بَعْدَمَآ اَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Alhamdu lillahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wa ilahin nusyuuru

Artinya : "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati (membangunkan dari tidur) dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan"

Selasa, 26 Januari 2021

Doa Qunut Shalat Subuh Dan Waktu Mengerjakannya



Waktu Menbaca Qunut


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ سُئِلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ

أَقَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَوَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ قَالَ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا


Atinya: Shahih Bukhari 946: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad bin Sirin berkata:

Anas bin Malik pernah ditanya: "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan qunut dalam shalat Shubuh?" Dia berkata: "Ya." Lalu dikatakan kepadanya: "Apakah beliau melakukannya sebelum rukuk?" Dia menjawab: "Terkadang setelah rukuk."


Bacaan Doa Qunut Sholat Subuh dan Cara Membacanya Doa qunut saat sholat subuh dibaca ketika memasuki rakaat kedua, yakni pada saat masih berada di posisi berdiri setelah membaca bacaan i'tidal. Tepatnya, pada saat berdiri setelah rukuk dan sebelum sujud pertama. Apabila sholat subuh dikerjakan secara berjamaah, maka imam dianjurkan untuk mengeraskan suara saat membaca doa qunut dengan para makmum yang mengamini. Selain itu, saat membaca doa qunut, dianjurkan pula sambil mengangkat tangan seperti orang yang sedang berdoa.


Bacaan doa qunut arab:


 اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ 


Bacaan doa qunut latin: 


"Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam."


 Arti doa qunut sholat shubuh


"Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesihatan. Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya."