Rabu, 23 Juni 2021

Ucapan Selamatan Dan Doa Atas Kelahiran Anak Ada Dalam Hadits Shahih

Setelah anak lahir, puncaknya ketika aqiqah anak di hari ketujuh, sanak saudara dan tetangga berdatangan. Mereka membawa ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak. Semua berbahagia. Doa-doa mereka mengikis sedikit demi sedikit rasa sakit yang dialami oleh ibunda saat melahirkan anaknya dan berganti dengan keceriaan.

Ada kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak yang sering diamalkan oleh kebanyakan masyarakat muslim di sekitar.

Kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak tersebut diyakini oleh kebanyakan masyarakat sebagai ucapan selamat dan doa yang sudah sesuai lafalnya dengan contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Redaksi kalimat ucapan selamat dan doa atas kelahiran anak tersebut sebagai berikut. 

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي المَوهُوبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

“Semoga Allah memberkahi anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga kamu senantiasa bersyukur kepada Sang Pemberi (Allah), semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau diberi rezeki dengan patuh-baktinya.”

Pertanyaan yang diajukan adalah, benarkah lafal di atas bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Jika bukan dari Nabi, lantas dari mana sumber doa atas kelahiran anak yang populer di tengah masyarakat tersebut?

Kemudian, apa memang tidak ada sama sekali lafal doa atas kelahiran anak yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan diriwayatkan dengan sanad yang shahih?

Semoga tulisan ini bisa menjelaskan tiga persoalan tersebut.


Dari Mana Sumber Lafal Doa Atas Kelahiran Anak yang Beredar di Masyarakat Selama Ini?

Ada beberapa bentuk teks doa atas kelahiran anak yang beredar populer di masyarakat. Beberapa di antaranya status riwayatnya dha’if dan bukan hadits marfu’ yang otentik berasal dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK PERTAMA,

شَكَرْتَ الْوَاهِبَ وَبُوْرِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ وَرَزَقْتَ بِرَّهُ

“Semoga kamu senantiasa bersyukur kepada Sang Pemberi (Allah), dan diberkahi dengan anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau diberi rezeki dengan patuh-baktinya.”

Lafal doa atas kelahiran anak ini ternyata bukan berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lafal ini adalah perkataan al-Hasan al-Bashri. Dalam ilmu hadits, ini disebut dengan hadits maqthu’ (hadits yang sanadnya berhenti sampai pada tabi’in), bukan hadits marfu’ (hadits yang sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Redaksi utuh hadits maqthu’ yang memuat doa ini dapat dijumpai dalam kitab Musnad Ali Ibnu al-Ja’d (No. 3398, hlm. 488).

Ia menuliskan, “Al-Haitsam bin Jamaz telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, seseorang berkata kepada al-Hasan,

يَهْنِيكَ الْفَارِسُ، فَقَالَ الْحَسَنُ وَمَا يَهْنِيكَ الْفَارِسُ؟ لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ بَقَّارًا أَوْ حَمَّارًا، وَلَكِنْ قُلْ: شَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبُورِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوبِ، وَبَلَغَ أَشَدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda.” Al-Hasan berkata, “Apa itu selamat atas hadirnya seorang penunggang kudaMungkin saja ia akan menjadi penunggang sapi atau keledaiTapi katakanlah, ‘Syakarta al-Wahibu wa burika laka fil mauhubi wa balagha asyuddahu wa ruziqta birrahu.’”

Lafal doa ini juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi al-Jurjani dalam kitab Al-Kamil (7/101), Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab An-Nafawah ala Al-‘Iyal No. 201 (1/365). Kedua sumber ini sama-sama meriwayatkannya dari Al-Haitsam bin Jimaz al-Bashri al-Hanafi.

Periwayatan doa ini dinilai dha’if oleh sejumlah ulama ahli hadits. Karena dalam periwayatannya terdapat perawi yang bernama al-Haitsam bin Jimaz. Ibnu Adi al-Jurjani menyebutkan beberapa penilaian ulama ahli hadits terhadap perawi ini.

Yahya bin Ma’in menilai, “Al-Haitsam bin Jimaz al-Hanafi yang berasal dari Bashrah ini statusnya dha’if.” Imam Ahmad bin Hanbal menilai, “Ia adalah munkirul hadits yang telah ditinggalkan hadits-haditsnya.” An-Nasa’i menilai, “Dia matrukul hadits.” (Al-Kamil fi Dhu’afa’i ar-Rijal, Ibnu ‘Adi al-Jurjani, 8/395; Lisanul Mizan, 6/204)

Hadits maqthu’ di atas juga memiliki jalur periwayatan lain dari Said bin Nushair, Katsir bin Hisyam telah mengabarkan kepada kami, Kaltsum bin Jausyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, seorang lelaki datang kepada al-Hasan….dst.

Hadits tersebut juga dinilai dha’if oleh para ulama ahli hadits sebab di dalam mata rantai sanadnya terdapat perawi bernama Kaltsum bin Jausyan yang statusnya dha’if di mata para ulama ahli hadits.

Kaltsum bin Jausyan memiliki nama panjang Kaltsum bin Jausyan al-Qusyairi ar-Raqi. Yahya bin Main mengatakan ia berasal dari Qusyair. Ia adalah seorang imam masjid Bani Qusyair. (Tarikh Ibnu Ma’in, Yahya bin Ma’in al-Baghdadi, 4/106)

Abu Hatim ar-Razi menilai, “Kaltsum bin Jausyan haditsnya dha’if.” (Al-‘Ilal, Ibnu Abi Hatim, 3/642; Mizanul I’tidal, Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi, 3/413)

Ibnu Hibban mengatakan, “Tidak boleh berhujjah dengan riwayatnya.” (Al-Majruhin minal Muhadditsin wa adh-Dhu’afa’ wal Matrukin, Muhammad Ibnu HIbban al-Busti, No. 905, 2/230)

Abu Ubaid al-Ajuri pernah bertanya kepada Abu Daud tentang status Kultsum bin Jausyan al-Qusyairi. Beliau mengatakan, “Dia memunkarkan hadits.” (Tahdzibul Kamal fi Asma’ ar-Rijal, Yusuf bin Abdurrahman (Abul Hujjaj), 24/202; Al-Kasyif, Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi, 2/149)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK KEDUA,

جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga Allah menjadikan berkah karunia yang diberikan kepadamu dan kepada umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lafal doa atas kelahiran bayi bentuk ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dari jalur Khalid bin Khidasy dari Hammad bin Zaid, ia berkata, “Biasanya jika Ayyub memberi selamat atas kelahiran bayi ia berdoa,…(kemudian menyebutkan doa di atas). (An-Nafaqah ‘ala al-‘Iyal, Ibnu Abi ad-Dunya No. 202, 1/366)

Imam ath-Thabrani juga meriwayatkan dari jalur yang sama; Muhammad bin Ali bin Syu’aib as-Simsar telah mengabarkan kepada kami, Khalid bin Khidasy telah mengabarkan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Biasanya jika Ayub memberi selamat atas kelahiran bayi ia berdoa,…(kemudian menyebutkan doa di atas).” (Ad-Du’a, Imam ath-Thabrani No. 946, hlm. 294)

Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari menjelaskan, di dalam mata rantai sanadnya terdapat perawi bernama Khalid bin Khidasy. Ia diketahui sebagai perawi yang jujur tapi kadang-kasang keliru. Sanad ini hanya sampai pada Ayub. (Kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabrani, tahqiq DR. Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari, 1244)

Ayyub yang dimaksud dalam sanad hadits di atas adalah Ayyub as-Sikhtiyani. Ia adalah seorang tabi’in. Sehingga, teks ini bukanlah hadits yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits marfu’), namun ini adalah perkataan seorang tabi’in, Ayyub as-Sikhtiyani (hadits maqthu’)

Masih dalam kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabarani juga meriwayatkan lafal doa yang sama namun dengan konteks dan jalur periwayatan yang berbeda.

Yahya bin Utsman bin Shalih telah mengabarkan kepada kami, Amru bin ar-Rabi’ bin Thariq telah mengabarkan kepada kami, as-Sariy bin Yahya telah mengabarkan kepada kami,

أَنَّ رَجُلًا مِمَّنْ كَانَ يُجَالِسُ الْحَسَنَ وُلِدَ لَهُ ابْنٌ فَهَنَّأَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: لِيَهْنِكَ الْفَارِسُ، فَقَالَ الْحَسَنُ: وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهُ فَارِسٌ لَعَلَّهُ نَجَّارٌ، لَعَلَّهُ خَيَّاطٌ قَالَ: فَكَيْفَ أَقُولُ؟ قَالَ: قُلْ جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ada seseorang yang sedang bermajelis dengan al-Hasan yang dianugerahi dengan lahirnya seorang anak, salah seorang memberinya selamat dengan berkata, “Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda.

Al-Hasan berkata, “Apa engkau tahu bahwa anak itu seorang penunggang kuda, bisa jadi dia adalah tukang kayu, bisa jadi dia tukang jahit.”

Orang tadi berkata, “Lalu apa yang aku ucapkan?”

Al-Hasan menjawab, “Ucapkan: ‘Ja’alahullahu mubarakan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam.’” (Ad-Du’a, Imam ath-Thabrani No. 945, hlm. 294)

Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari menjelaskan, lafal doa ini sanadnya hasan. Riwayatnya hanya sampai pada al-Hasan al-Bashri. Jadi ini bukan hadits Nabi. (Kitab ad-Du’a, Imam ath-Thabrani, tahqiq DR. Muhammad Sa’id bin Muhammad Hasan al-Bukhari, 1243)


 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

BENTUK KETIGA,

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

Semoga Allah memberkahimu atas pemberiannya kepadamu, engkau layak bersyukur, (semoga) anakmu cepat dewasa dan engkau diberi rezeki berupa baktinya kepadamu.”

Lafal doa ini disebutkan oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani rahimahullah dalam kitab beliau Hishnul Muslim Min Adzkar al-Kitab wa as-Sunnah (doa nomor 145).

Dalam catatan kakinya, beliau menyebutkan bahwa doa tersebut beliau nukil dari Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar (1/289).

يُسْتَحَبُّ تَهْنِئَةُ الْمَوْلُوْدِ لَهُ، قَالَ أَصْحَابُنَا: وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُهَنَّأَ بِمَا جَاءَ عَنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ عَلَّمَ إِنْسَاناً التَّهْنِئَةَ فَقَالَ: قُلْ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ.

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَرُدَّ عَلَى الْمُهَنِّئِ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْراً، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، أَوْ أَجْزَلَ اللهُ ثَوَابَكَ، وَنَحْوُ هَذَا.

“Dianjurkan untuk memberi selamat kepada orang yang melahirkan. Sahabat kami berkata, ‘Dianjurkan untuk memberi selamat sebagaimana riwayat dari al-Husain radhiyallahu bahwasannya beliau mengajari seseorang ucapan selamat. Beliau berkata, Barakallahu laka fil Mauhubi laka wa syakartal wahib awa balagha asyuddahu wa ruziqta birrahu.’”

“Dan dianjurkan pula untuk membalas ucapan selamat tersebut dengan, ‘Barakallahu lak awa baraka ‘alaika, wa jazakallahu khairan, wa razaqakallahu mitslahu, atau Ajzalallahu tsaawabaka, dan semisalnya.’”

Namun sayang sekali imam an-Nawawi tidak menyebutkan mata rantai periwayatannya secara utuh.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Selain itu, ada perbedaan versi riwayat; sebagian riwayat menyebutkan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sebagian riwayat lain menyebutkan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Hasan al-Bashri rahimahullah, seorang ulama tabi’in.

Penisbatan lafal doa itu kepada al-Husain bin Ali hanya didapati dalam kitab-kitab ulama mazhab Syafi’i yang seluruhnya menukil dari imam an-Nawawi. Selain dari kitab-kitab ulama mazhab Syafi’i, menisbatkan pada al-Hasan al-Bashri. (Ittihaf al-Muslim bi Syarh Hishnil Muslim, Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, 922)

Namun, riwayat yang menyatakan orang yang mengajarkan doa itu adalah al-Hasan al-Bashri memiliki bukti yang lebih kuat. Sebab lafal doa tersebut memiliki jalur riwayat lain yang menunjuk kepada nama al-Hasan al-Bashri. (Wushul al-Amani bi Ushul at-Tahani, Imam al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi, tahqiq: Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri, 36)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Selain itu, dalam riwayat yang disebutkan oleh Ibnu ‘Asakir, di sana ada sebutan kunyah ‘Abu Sa’id’, ini adalah kunyah Al-Hasan al-Bashri, bukan kunyah al-Husain bin Ali. Al-Husain bin Ali tidak memiliki nama kunyah Abu Sa’id. (Min a’lam as-Salaf, Syaikh Ahmad Farid, 5/3)

Berikut ini teks lengkap yang disebutkan oleh Ibnu ‘Asakir:

جَاءَ رَجُلٌ عِنْدَ الْحَسَنِ وَقَدْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ فَقِيْلَ لَهُ يُهَنِّئَكَ الْفَارِسُ فَقَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُدْرِيْكَ أَفَارِسٌ هُوَ؟ قَالُوْا: كَيْفَ نَقُوْلُ يَا أَبَا سَعِيْدِ؟ قَالَ: تَقُوْلُ: بُوْرِكَ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ وَرُزِقْتَ بِرَّهُ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ

“Seseorang datang kepada al-Hasan, dan baru saja ia dikaruniai seorang anak. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Selamat atas hadirnya seorang penunggang kuda’. Lalu al-Hasan berkata, ‘Dari mana engkau tahu ia akan menjadi seorang ahli penunggang kuda?’

Orang-orang pun bertanya, ‘Lalu, kami harus mengucapkan apa, wahai Abu Sa’id?’

Al-Hasan menjawab, ‘Burika laka fil mauhub, wa syakartal wahib, wa riziqta birrahu wa balagha asyuddahu.’” (Tarikh Damsyiq, Ibnu ‘Asakir, 59/276)

Doa Atas Kelahiran Anak dalam Hadits Shahih-dakwah.id

 

Apakah Ada Ucapan Selamat dan Doa Atas Kelahiran Anak yang Sanadnya Shahih?

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan, ada satu lafal doa yang sanad periwayatannya berstatus hasan. Artinya, secara sanad tidak ada masalah. Namun, lafal tersebut hanya terhenti pada seorang tabi’in saja. yakni al-Hasan al-Bashri. Jadi, lafal doa atas kelahiran bayi tersebut bukanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hadits marfu’, tapi atsar tabi’in (hadits maqthu’).

Kemudian, jika ditelusuri dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak dijumpai hadits yang kontennya berisi ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang doa atas kelahiran anak.

Kecuali hanya satu riwayat saja, yakni kisah yang cukup panjang tentang Ummu Sulaim.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Waktu itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada Abu Thalhah bahwa ia akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Karena ia dan istrinya, Ummu Sulaim, telah bersabar atas meninggalnya anak mereka yang belum lama lahir.

Setelah anak laki-laki dalam kandungan Ummu Sulaim terlahir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Anas—putra Ummu Sulaim dari suaminya yang pertama, Malik—untuk menyampaikan pesan kepada Ibunya agar tidak memasukkan makanan apa pun ke mulut bayinya yang baru lahir itu sampai membawanya ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Anas datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara bayi laki-lakinya yang ia letakkan dalam dekapan lengannya, ia serahkan kepada beliau.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambilkan tiga butir kurma Ajwa.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunyah kurma tersebut hingga lembut lalu dimasukkan ke mulut bayi laki-laki Abu Thalhah sembari bersabda, “Kabilah Anshar itu menyukai kurma.”

Lalu beliau bersabda, “Kembalilah kepada ibumu dan sampaikan doa,

بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.’”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bazzar. Redaksi panjangnya dapat dibaca secara lengkap dalam kitab Musnad al-Bazzar hadits nomor 7310 (13/495).

Abu al-Hasan Nuruddin al-Haitsami berkomentar, “Para perawinya adalah para perawi kitab ash-Shahih (Shahih al-Bukhari) selain Ahmad bin Manshur ar-Ramadi, dan ia adalah perawi yang tsiqah.” (Majma’ az-Zawa’id wa Ma.ba’ al-Fawa’id, Abu al-Hasan  Nuruddin al-Haitsami, hadits nomor 15421, 9/261).

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Kesimpulannya, jika ditanya apakah ada lafal doa atas kelahiran bayi yang sanadnya shahih? Maka jawabannya adalah ada. Lafal doa yang bersanad shahih ada dua.

Lafal pertama bersumber dari atsar tabi’in. Ini hadits maqthu’, bukan hadits marfu’. Yaitu lafal yang bersumber dari al-Hasan al-Bashri:

جَعَلَهُ اللَّهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga Allah menjadikan ia keberkahan bagimu dan bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Lafal yang kedua bersumber dari hadits. Yakni doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Sulaim atas kelahiran anak laki-lakinya:

بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا

Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”

Selain dua lafal di atas, penulis belum menemukan lafal yang jalur periwayatannya shahih. Wallahu a’lam.

 

Mana yang Lebih Utama: Mengamalkan Doa dari Hadits Shahih atau Doa dari Hadits Dha’if tentang Doa Atas Kelahiran Anak?

Banyak ulama kontemporer yang berpendapat tidak ada hadits marfu’ yang menyebutkan doa atas kelahiran anak, di antaranya Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dan Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus.

Kedua ulama ini juga menganggap bahwa doa atas kelahiran anak yang populer di masyarakat (barakallahu fil mauhub..dst) ini bukanlah hadits Nabi, melainkan perkataan atau atsar dari Al-Hasan al-Bashri rahimahullah. Keduanya juga sepakat bahwa sanad hadits tersebut dha’if.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Meski demikian, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid tetap membolehkan menggunakan lafal tersebut sebagai doa atas kelahiran anak dengan beberapa argumentasi:

Pertama, meskipun riwayat atsar tersebut statusnya dha’if, riwayat tersebut memiliki mutaba’ah mutaba’ah (meskipun riwayatnya menurut beliau juga dha’if) yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Damsyiq (59/276) dari jalur Muawiyah bin Muhammad al-Adzari, bahwa Muhammad bin Ibrahim bin Bakkar al-Qurasyi mengabarkan kepada mereka, Said bin Nashir telah mengabarkan kepada kami, Katsir bin Hisyam telah mengabarkan kepada kami, Kaltsum bin Jausyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Seseorang datang kepada al-Hasan….”dst.

Kedua, ketika hukum asal dalam lafal doa di luar ibadah itu adalah mutlak tanpa terikat, maka orang yang ingin berdoa mendapat peluang untuk memilih lafal doa mana pun yang menurutnya paling meyakinkan untuk terkabul, paling lengkap, dan paling sesuai dengan tujuan ia berdoa.

Ketiga, para ulama lebih suka mengamalkan doa yang sumber riwayatnya dari al-Hasan al-Bashri, sebagaimana disebutkan imam an-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ (8/443), Al-Adzkar (289) dan disebutkan pula oleh Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni (9/464). Juga lafal doa yang bersumber dari Ayyub as-Sikhtiyani (Ja’alallahu mubarakan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam) yang riwayatnya telah diurai sebelumnya.

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Sementara Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus juga berpendapat bahwa mengucapkan doa atas kelahiran anak dengan lafal yang disebutkan oleh Imam an-Nawawi (barakallahu fil mauhub..dst) dihukumi mustahab (dianjurkan) oleh para ulama.

Menurut beliau, Kalimat doa yang dibawakan oleh al-Hasan al-Bashri tersebut—meskipun itu bukan hadits Nabi—merupakan bagian dari al-Kalimah ath-Thayyibah, perkataan yang baik. Sementara mengucapkan dan menyampaikan kalimat thayyibah kepada sesama muslim ada anjurannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana terdapat dalam sabda beliau yang diriwayatkan dari Adi bin Hatim radhiyallahu anhu,

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Jauhilah Neraka meski hanya sekedar dengan setangkai kurma. Bagi yang tidak memiliki, bisa dengan al-Kalimah ath-Thayyibah (perkataan yang baik).” (HR. Al-Bukhari No. 6540; HR. Muslim No. 1016)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan,

وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

Perkataan yang baik adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari No. 2989; HR. Muslim No. 1009)

Maka, substansi dan maqashid dari ucapan doa atas kelahiran anak sebenarnya adalah untuk menyisipkan rasa kebahagiaan dan ghibthah (keceriaan) dalam hati sesama muslim dalam rangka menguatkan tali ukhuwah, ikatan cinta (mahabbah), dan keakraban sesama muslim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المُؤْمِنُ مَأْلَفٌ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ

Seorang mukmin adalah ma’laf (mudah akrab, sumber keakraban). Tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak mudah akrab (kepada orang laindan orang lain tidak mudah akrab kepadanya.” (HR. Ahmad No. 9198; HR. Al-Hakim No. 59. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No. 426)

 Baca juga: Memberi Nama Janin yang Keguguran

Dengan landasan tersebut, maka seorang muslim dianjurkan untuk bersegera dalam memberikan rasa kebahagiaan dan menyampaikan kepadanya hal-hal yang membahagiakan. Dan caranya tidak hanya terbatas dengan ucapan selamat dan doa atas kelahiran baik kepada si bayi ataupun orang tuanya, bisa dengan cara-cara lain yang memiliki tujuan yang sama.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah, dia berkata:

لَمَّا وُلِدَ لِي إِيَاسٌ دَعَوْتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَطْعَمْتُهُمْ فَدَعَوْا؛

فَقُلْتُ: إِنَّكُمْ قَدْ دَعَوْتُمْ فَبَارَكَ اللهُ لَكُمْ فِيمَا دَعَوْتُمْ، وَإِنِّي إِنْ أَدْعُو بِدُعَاءٍ فَأَمِّنُوا،

قَالَ: فَدَعَوْتُ لَهُ بدُعَاءٍ كَثِيرٍ -فِي دِينِهِ وَعَقْلِهِ وَكَذَا-. قَالَ: فَإِنِّي لَأَتَعَرَّفُ فِيهِ دُعَاءَ يومئذٍ.

Ketika aku diberi karunia dengan kelahiran ‘Iyas, aku mengundang sekelompok sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku menghidangkan makanan untuk mereka lalu mereka mendoakanku.

Aku berkata, “Sungguh kalian telah mendoakanku, maka semoga Allah memberkahi kalian atas doa-doa kalian, dan sesungguhnya aku akan berdoa maka aminkanlah.”

Maka aku pun berdoa (untuk anakku) dengan doa yang banyak –tentang agamanya, akalnya, dan yang lainnya. Sungguh saat ini pun aku masih ingat doa yang kupanjatkan (untuk anakku) pada hari itu. (HR. Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab al-Mufrad no. 1255. Syaikh Al-Albani berkata, riwayat ini shahih dengan sanad maqthu’).

Namun, pendapat Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dan Syaikh Abu Abdil Mu’iz Muhammad Ali Farkus yang menyatakan bahwa di dalam al-Quran atau as-Sunnah tidak ada lafal doa atas kelahiran anak terbantahkan dengan ditemukannya teks hadits shahih riwayat al-Bazzar tentang kisah Ummu Sulaim sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

Sehingga, lafal doa atas kelahiran anak yang lebih diutamakan untuk diamalkan adalah lafal yang terdapat dalam kisah Ummu Sulaim tersebut. Wallahu a’lam

Selasa, 04 Agustus 2020

HaditsSoft Aplikasi Hadits Kitab 10 Imam Untuk PC

Aplikasi Ini Gratis Dengan Fitur-Fitur Yang Hampir Sama Seperti Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Versi 3 Dari Lidwa Pusaka. Ada Kelebihannya Dan Ada Kekurangannya.

Diantara Kekurangannya: Tampilan, Tidak Bisa Di Jalankan Pada Sistem Operasi Selain Windows, Teks Tidak Berwarna-Warni, Tidak Ada Penyaringan Hadits Pada Hadits Serupa, Tidak Ada Fitur Share Sosial Media.

Dan Diantara Kelebihannya: 
HaditsSoft Adalah Aplikasi Hadits Yang Saat Ini Berisi Kitab-Kitab Hadits Sebagai Berikut:

1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Tirmidzi
4. Sunan Abu Dawud
5. Sunan Nasa'i
6. Sunan Ibnu Majah
7. Sunan Darimi
8. Musnad Ahmad
9. Muwatha' Malik
10. Sunan Daruquthni
11. Shahih Ibnu Khuzaimah (Belum Selesai)
12. Shahih Ibnu Hibban (Belum Selesai)
13. Al Mustadrak 'Ala Shahihain (Belum Selesai)
14. Musnad Syafi'i

NEW versi website: https://gethadith.web.app/



Judul: Quran Flash For PC
Penerbit: quranflash.com
Tipe/Versi: 4.0.0.0
RekomendasiWindows10 (Tested), 8.1/8/7
HargaRp. 0,- (Free)
Kategori: .rar
Ukuran: 34,1 MB
Download: SafefilekUGoogle Drive 1 | Google Drive 2 | AceFile 


Cara Instal :

  1. Uninstal dahulu versi sebelumnya.
  2. Extract terlebih dahulu file yang sudah di download.
  3. Sebaiknya extract menggunakan aplikasi Winrar terbaru.
  4. Kemudian jalankan setup haditssoft_4.0.0.0, dan aplikasi siap digunakan.
  5. Enjoy.....
  6. Silahkan share link ini biar Anda pun ikut kebagian pahala menyebarkan ilmu agama .

Note : .HADITSSOFT Hanya Akan Beroperasi Jika:

  1. Pada system operasi windows terinstal .NET FRAMEWORK (4.5.x, 4.6.x, 4.7.x )

Minggu, 16 Februari 2020

Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam

 Alhamdulillah, praktisi programmer Indonesia yang juga taat ibadah dan "mengejar" sunnah benar-benar memanfaatkan ilmunya dalam sharing masalah agama.



Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam dibuat oleh anak bangsa, terdiri dari 9 Imam Hadist, lengkap dengan tulisan Arab dan artinya, aplikasi ini sangat berguna bagi muslimin yang ingin mengetahui lebih dalam tentang prilaku Nabi kita, Baginda Muhammad SAW.
Aplikasi ini juga cocok untuk para pendakwah yang saat ini banyak menggunakan gadget dalam kegiatan ceramahnya.

Hasil gambar untuk software Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam

Harganya sekitar Rp. 119.000 dan dibayarkan pertahun, tapi jika ingin menggunakan secara gratis juga bisa. Harga segitu tidaklah mahal jika ingin mendapati ilmu hadist dengan mudah, serta untuk mengembangkan produk anak bangsa, selain mendukung usaha mereka untuk menyebarkan Agama.

Download Gratis For PC : Google Drive

Download Gratis For Android : Google Play

Thanks

Jumat, 29 Maret 2019

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.

“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:

“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya  Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.

Maka orang Arab itu pula berkata:

“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya, (pengampunan-Nya)’ jawab orang itu.

‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:

“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” Betapa sukanya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.


Source : Himpunan kisah-kisah teladan
Shared By Kisah Penuh Hikmah

Kamis, 20 Desember 2018

Bela Agamamu Semampu Mu

Bela Agamamu Semampu Kalian

Bela Agamamu Semampu Kalian





Allah تعالى berfirman:


﴿ فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ ﴾


"bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian,"


Syaikh Abdurrahman As-Si'di berkata:


 - رحمه الله تبارك و تعالى - :
" ورحم الله من أعان على الدين ولو بشطر كلمة ، وإنما الهلاك في ترك ما يقدر عليه العبد من الدعوة إلى هذا الدين ". 


Semoga Allah merahmati seseorang yang mau menolong agama islam ini, meskipun dengan setengah kalimat saja.

Karena kehancuran adalah ketika seorang hamba meninggalkan apa yang dia mampu untuk berdakwah kepada agama ini.

Cinta Yang Terlarang, Sebab, Akibat dan Penawarnya



Cinta Terlarang, Sebab, Akibat dan Terapinya


DIAGNOSA DOKTER:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah- rahimahullah-berkata,
,جُرْحٌ مَسْمُومٌ
“Luka yang beracun.”
[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]Al-

‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
,هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ
“Ini termasuk salah satu penyakit hati.”
[Zadul Ma’ad, 4/274]

NAMA PENYAKIT:
  • Mabuk Kepayang (‘isyq)
  • Kasmaran.
  • Kangen
  • Virus merah jambu
  • Tergila-gila
  • Dll (Silakan tambah sendiri)



EFEK NEGATIF:
  • Mengarah kepada syirik dalam mahabbah (cinta), termasuk syirik apabila seseorang mencintai makhluk dengan kadar yang sama dengan cintanya kepada Allah ta’ala, apalagi jika cintanya kepada makhluk melebihi cintanya kepada Allah ta’ala, dan lebih parah lagi jika dia hanya mencintai makhluk dan tidak mencintai Allah ta’ala sama sekali
  • Selalu ingat si dia (sedikit mengingat Allah ta’ala bahkan tidak sama sekali)
  • Batin tersiksa apabila tidak bertemu atau tidak berhubungan
  • Mengantarkan kepada zina, baik zina mata, hati, lisan, tangan, kaki dan kemaluan
  • Bila cinta ditolak dukun bertindak (termasuk syirik)
  • Boros harta untuk menyenangkan si dia atau sekedar mau pamer harta
  • Menyia-nyiakan waktu*.Menghalangi masuknya ilmu dalam diri
  • Merusak rumah tangga, baik rumah tangga orang maupun rumah tangganya sendiri
  • Dll (Silakan tambah sendiri).


〰〰〰〰〰〰〰〰
Sebab munculnya penyakit :
  • Terkena PANAH SETAN, yaitu melihat lawan jenis yang tidak halal baginya dan meneruskan pandangan pertama yang tidak disengaja
  • Ikhtilat, campur baur dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita, baik di tempat kerja, sekolah, majelis ta’lim, organisasi maupun di rumah
  • Melihat sesama jenis yang dapat menggoda syahwat, seperti memandang pemuda tampan yang belum tumbuh jenggotnya (membawa kepada penyakit homoseks)
  • Berhubungan dengan lawan jenis tanpa ada suatu kebutuhan yang mendesak dan atau tanpa adab-adab islami, baik secara langsung maupun melalui media internet seperti FB, YM, Email dan lain-lain


〰〰〰〰〰〰〰〰
TERAPINYA:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya,
,مَسْأَلَةٌ: فِيمَنْ أَصَابَهُ سِهَامُ إبْلِيسَ الْمَسْمُومَةُ؟
Pertanyaan:
Bagaimana mengatasi apabila seorang terkena panah iblis yang beracun itu?
?الْجَوَابُ: مَن
ْ أَصَابَهُ جُرْحٌ مَسْمُومٌ فَعَلَيْهِ مِمَّا يُخْرِجُ السُّمَّ وَيُبْرِئُ الْجُرْحَ بِالتِّرْيَاقِ وَالْمَرْهَمِ وَذَلِكَ بِأُمُورٍ مِنْهَا
Jawaban:
Barangsiapa yang menderita luka beracun maka WAJIB atasnya mengeluarkan racun dan mengobati luka tersebut dengan pencegahan dan obatnya,yaitu dengan beberapa perkara berikut ini:

PERTAMA
:أَنْ يَتَزَوَّجَ أَوْ يَتَسَرَّى، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّمَا مَعَهَا مِثْلُ مَا مَعَهَا}. وَهَذَا مِمَّا يُنْقِصُ الشَّهْوَةَ وَيُضْعِفُ الْعِشْقَ“
Hendaklah dia MENIKAH atau memiliki hamba sahaya (yang didapatkan dari medan jihad,pen), karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang melihat kecantikan seorang wanita hendaklah dia segera mendatangi istrinya, karena apa yang ada pada wanita itu sama saja dengan yang ada pada istrinya.”
Maka obat ini akan mengurangi syahwat dan melemahkan penyakit mabuk cinta.”

KEDUA:
:الثَّانِي: أَنْ يُدَاوِمَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَقْتَ السَّحَرِ وَتَكُونُ صَلَاتُهُ بِحُضُورِ قَلْبٍ وَخُشُوعٍ وَلْيُكْثِرْ مِنْ الدُّعَاءِ بِقَوْلِهِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك، فَإِنَّهُ مَتَى أَدْمَنَ الدُّعَاءَ وَالتَّضَرُّعَ لِلَّهِ صُرِفَ قَلْبُهُ عَنْ ذَلِكَ كَمَا قَالَ تَعَالَى: كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Hendaklah dia menjaga shalat lima waktu dan senantiasa berdoa, merendahkan diri kepada Allah ta’ala (bersungguh-sungguh berdoa) di waktu sahur.
Dan hendaklah shalatnya dengan kehadiran hati dan khusyu’ serta memperbanyak doa:
:يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك
“Wahai Zat yang membolak-balikan hati tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu, wahai Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu dan Rasul-Mu.”
Karena sesungguhnya, jika seseorang selalu berdoa dan merendah kepada Allah ta’ala maka hatinya akan dipalingkan dari penyakit tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala,
,كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”
[Yusuf: 24]

KETIGA:
:الثَّالِثُ: أَنْ يَبْعُدَ عَنْ سَكَنِ هَذَا الشَّخْصِ، وَالِاجْتِمَاعِ بِمَنْ يَجْتَمِعُ بِهِ، بِحَيْثُ لَا يَسْمَعُ لَهُ خَبَرًا وَلَا يَقَعُ لَهُ عَلَى عَيْنٍ وَلَا أَثَرٍ، فَإِنَّ الْبُعْدَ جَفَى. وَمَتَى قَلَّ الذِّكْرُ ضَعُفَ الْأَثَرُ فِي الْقَلْبِ، فَيَفْعَلُ هَذِهِ الْأُمُورَ وَلْيُطَالِعْ بِمَا تَجَدَّدَ لَهُ مِنْ الْأَحْوَالِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ“
Menjauhi tempat tinggal lawan jenis tersebut, dan jangan bergaul dengan orang-orang yang mengenalnya, sehingga dia tidak lagi mendengarkan tentang kebaikannya (ketampanannya, kecantikannya, kekayaannya, dll), serta tidak lagi melihatnya dan merasakannya.
Karena dengan berjauhan akan melupakannya, dan apabila sedikit penyebutan tentangnya maka melemah pula pengaruhnya di dalam jiwa, maka hendaklah dia lakukan perkara-perkara ini dan berusaha melihat hal-hal yang baru baginya (yang dapat melupakan si dia).
Wallahu subhaanahu A’lam.


[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]..