Kamis, 20 Desember 2018

Nikah &i Masa Muda, Takut?!. Siap!

Nikah Muda, Siapa Takut?!


Oleh : Al-Ustadz Abdullah al-Jakarty

“Menikah di usia muda, siapa takut?” kata saya dengan bangga.

Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya, untuk apa masih muda sudah menikah. Bahkan, tidak jarang mereka memandang aneh dan penuh tanda tanya kepada orang yang ingin menikah di usia muda.

Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Wah, gawat. Pola pikir masyarakat telah berubah. Justru seharusnya kita yang merasa aneh dan bertanya-tanya, mengapa menunda menikah dengan alasan studi, karier, atau alasan lain yang tidak syar’i, walaupun dengan risiko terjatuh ke dalam maksiat!

Saya merasa bangga dan seakan-akan ingin mengatakan kepada semua orang, “Saya ingin menikah di usia muda!” Supaya semua orang tahu tidak ada yang salah atau aneh dengan nikah muda. Bahkan, menikah muda itulah yang bagus dan patut dibanggakan, bukan menyelesaikan kuliah dengan meraih gelar sarjana ditambah gelar MBA (married by accident; baca: menikah karena hamil duluan), atau memilih melajang dengan konsekuensi berlumuran maksiat…. Nggak deh!

Adalah wajar dan manusiawi ketika saya menyukai lawan jenis dan mempunyai syahwat/kebutuhan biologis yang harus saya tunaikan dengan cara yang benar dan halal, yaitu dengan menikah. Jadi, mengapa masalah ini mesti diherankan?

Maka dari itu, wajar pula ketika saya ingin menyalurkan kebutuhan biologis saya dengan memilih jalan yang aman lagi halal. Bahkan, itulah ciri laki-laki yang memiliki (baca: berpegang teguh pada) agama dan bertanggung jawab. Yang dipilih bukan menempuh jalan haram dengan berzina atau berseks ria dengan pacar, atau jalan yang tidak halal lainnya. Di samping itu, kekhawatiran terjatuh dalam maksiat, sebagaimana telah dialami banyak orang akibat menunda menikah, menjadi alasan terbesar saya untuk segera menikah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,


يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaknya ia menikah, karena nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa tidak/belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya (dari maksiat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Di antara keutamaan menikah adalah dapat menjaga kemaluan seorang laki-laki dan kemaluan istrinya, dan menjaga pandangannya dan pandangan istrinya, kemudian—setelah keutamaan tersebut—memenuhi kebutuhan syahwatnya.” (asy-Syarh al-Mumti’, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin 12/10)

Al-‘Allamah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa menikah mengandung kebaikan yang sangat banyak. Di antaranya adalah kesucian suami istri dan terjaganya mereka dari terjatuh ke dalam perbuatan maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaknya ia menikah, karena nikah lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.’ (al-Hadits)” (al-Khuthab al-Minbariyyah fil Munasabat al-‘Ashriyyah, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 242)

Udah deh…, cepetan nikah!

Bukankah kita sama-sama mengetahui realitas tersebarnya kemaksiatan (perzinaan, pornografi, onani), termasuk kemaksiatan yang dilakukan banyak wanita di negeri ini, yaitu pamer aurat? Siapa yang merasa aman dari maksiat sedahsyat ini, sedangkan Allah azza wa jalla berfirman,

وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا ٦٨

“… dan orang-orang yang tidak menyembah sembahan yang lain beserta Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan perbuatan-perbuatan itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (al-Furqan: 68)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah azza wa jalla menyebutkan ketiga dosa ini karena ketiganya termasuk dosa besar yang paling besar. Perbuatan syirik menyebabkan kerusakan agama, pembunuhan menyebabkan kerusakan badan, dan zina menyebabkan kerusakan kehormatan.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah ada sepeninggalku suatu ujian yang lebih berbahaya bagi kaum pria daripada godaan wanita.” (HR. al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 7121)

Apalagi, ada tujuan lain saya ingin segera menikah, yaitu melaksanakan ketaatan kepada Allah dan menggapai ketenangan hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ

           “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang.” (ar-Rum: 21)

Asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “(Firman Allah) ‘supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang’, yakni melalui sebab-sebab yang mendatangkan kasih sayang, yang hal ini merupakan manfaat seseorang menikah. Dengan mempunyai istri, seorang pria dapat bersenang-senang dengan istri, merasakan kenikmatan hubungan suami istri, dan mendapat manfaat berupa anak dan sekaligus mendidik mereka, serta merasa tenang dengan istrinya.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)

Saya ingin segera membina rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah. Saya juga ingin mempunyai keturunan yang saleh yang akan bermanfaat untuk kedua orang tuanya. Ini menjadi tujuan tersendiri bagi saya. Simaklah hadits-hadits berikut sebagai pelajaran untuk kita.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Menikahlah karena sungguh aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari kiamat, dan janganlah kalian menyerupai para pendeta Nasrani (yang tidak menikah, -pent.).” (HR. al-Baihaqi, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah )

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

            “Jika seorang manusia telah meninggal, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara:

Sedekah jariyah,
Ilmu yang bermanfaat,
Anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi kedua orang tuanya.” ( Muslim no. 4310)

Inilah di antara alasan saya ingin menikah di usia muda. Saya tahu, banyak tantangan yang harus saya hadapi. Namanya juga mau melaksanakan ketaatan dengan menikah untuk menjaga diri dari maksiat. Jelas setan tidak bakal ridha. Mulailah setan membisikkan waswas (keraguan), “Ntar loe kasih makan apa tuh bini loe…?”

“Wah, rugi, Brurr. Masih muda mau nikah…. Mumpung masih muda, buat senang-senang aja lagi, apalagi banyak cewek yang naksir loe tuh.”

Belum lagi kita harus berusaha memahamkan dengan baik orang-orang yang tidak sependapat dengan kita, baik keluarga kita, misalnya, maupun yang lainnya. Akan tetapi, menunda nikah dengan alasan-alasan yang tidak dibenarkan secara syar’i? Tidak deh, terlalu berisiko. Coba kita tengok berapa banyak kita dengar kasus perzinaan yang dilakukan sebagian anak remaja, atau kasus MBA. Banyak, bukan? Demikian pula kemaksiatan lain karena menunda nikah.

Wah, nggak deh kalau harus memilih menjomblo (tanpa istri) di usia muda. Apalagi, orang yang tahu bahwa dirinya tidak bisa selamat dari perbuatan maksiat onani, zina, dan yang lainnya, kecuali dengan menikah, wajib baginya menikah. Maka dari itulah, rahasia disebutkannya anjuran menikah bagi anak muda adalah karena memang pada usia muda, syahwat sedang berada pada puncaknya. Coba perhatikan hadits ini sekali lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,


يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaknya ia menikah. Pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa tidak/belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya (dari maksiat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Al-‘Allamah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Di dalam hadits ini terdapat anjuran Nabi subhanahu wa ta’ala untuk para pemuda (agar menikah), khususnya para pemuda kaum muslimin. Syahwat para pemuda lebih kuat dan kebutuhan mereka untuk menikah lebih besar, sehingga dianjurkan bagi mereka menikah.” (Tashilul Ilmam bi Fiqhil Ahadits min Bulughil Maram, jilid 4 hlm. 304)

Wahai Sobat Muda, jangan khawatir. Kalau niat kita baik, bahwa kita menikah untuk menjaga diri dan kehormatan kita, Allah pasti menolong kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

ثَلَاثَةُ حَقٍّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ: الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَالْمُكَاتِبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ

“Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah:

Mujahid yang berjihad di jalan Allah,
Budak yang hendak menebus dirinya supaya merdeka,
Orang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya.” (HR. at-Tirmidzi 1655, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah )
Bahkan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam sebuah ayat,

وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآئِكُمۡۚ إِن يَكُونُواْ فُقَرَآءَ يُغۡنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ٣٢

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (untuk menikah) dari hamba-hamba sahaya kalian yang laki-laki dan hamba-hamba sahaya kalian yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (an-Nur: 32)

Asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “(Firman Allah) ‘jika mereka miskin’, yakni orang-orang yang menikah, ‘Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya’. Oleh karena itu, jangan sampai kalian dihalangi kekhawatiran bahwa jika seseorang menikah, dia akan jatuh miskin disebabkan banyaknya tanggungannya, dan semisalnya. Di dalam ayat ini terdapat anjuran untuk menikah dan janji Allah bagi orang yang menikah bahwa dia akan diberi kekayaan setelah sebelumnya miskin.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)

Sudah deh…, buruan yuk kita menikah. Mumpung masih muda…. Kalian sudah tahu ‘kan manfaat menikah? Dengan menikah, kita terjaga dari perbuatan maksiat, dapat menyalurkan kebutuhan biologis dengan cara yang aman dan halal, dan manfaat-manfaat lainnya. Buruan deh nikah…. Tapi jangan lupa, bekali diri dengan ilmu, ya.
Bela Agamamu Semampu Mu

Bela Agamamu Semampu Kalian

Bela Agamamu Semampu Kalian





Allah تعالى berfirman:


﴿ فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ ﴾


"bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian,"


Syaikh Abdurrahman As-Si'di berkata:


 - رحمه الله تبارك و تعالى - :
" ورحم الله من أعان على الدين ولو بشطر كلمة ، وإنما الهلاك في ترك ما يقدر عليه العبد من الدعوة إلى هذا الدين ". 


Semoga Allah merahmati seseorang yang mau menolong agama islam ini, meskipun dengan setengah kalimat saja.

Karena kehancuran adalah ketika seorang hamba meninggalkan apa yang dia mampu untuk berdakwah kepada agama ini.

Cinta Yang Terlarang, Sebab, Akibat dan Penawarnya



Cinta Terlarang, Sebab, Akibat dan Terapinya


DIAGNOSA DOKTER:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah- rahimahullah-berkata,
,جُرْحٌ مَسْمُومٌ
“Luka yang beracun.”
[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]Al-

‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
,هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ
“Ini termasuk salah satu penyakit hati.”
[Zadul Ma’ad, 4/274]

NAMA PENYAKIT:
  • Mabuk Kepayang (‘isyq)
  • Kasmaran.
  • Kangen
  • Virus merah jambu
  • Tergila-gila
  • Dll (Silakan tambah sendiri)



EFEK NEGATIF:
  • Mengarah kepada syirik dalam mahabbah (cinta), termasuk syirik apabila seseorang mencintai makhluk dengan kadar yang sama dengan cintanya kepada Allah ta’ala, apalagi jika cintanya kepada makhluk melebihi cintanya kepada Allah ta’ala, dan lebih parah lagi jika dia hanya mencintai makhluk dan tidak mencintai Allah ta’ala sama sekali
  • Selalu ingat si dia (sedikit mengingat Allah ta’ala bahkan tidak sama sekali)
  • Batin tersiksa apabila tidak bertemu atau tidak berhubungan
  • Mengantarkan kepada zina, baik zina mata, hati, lisan, tangan, kaki dan kemaluan
  • Bila cinta ditolak dukun bertindak (termasuk syirik)
  • Boros harta untuk menyenangkan si dia atau sekedar mau pamer harta
  • Menyia-nyiakan waktu*.Menghalangi masuknya ilmu dalam diri
  • Merusak rumah tangga, baik rumah tangga orang maupun rumah tangganya sendiri
  • Dll (Silakan tambah sendiri).


〰〰〰〰〰〰〰〰
Sebab munculnya penyakit :
  • Terkena PANAH SETAN, yaitu melihat lawan jenis yang tidak halal baginya dan meneruskan pandangan pertama yang tidak disengaja
  • Ikhtilat, campur baur dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita, baik di tempat kerja, sekolah, majelis ta’lim, organisasi maupun di rumah
  • Melihat sesama jenis yang dapat menggoda syahwat, seperti memandang pemuda tampan yang belum tumbuh jenggotnya (membawa kepada penyakit homoseks)
  • Berhubungan dengan lawan jenis tanpa ada suatu kebutuhan yang mendesak dan atau tanpa adab-adab islami, baik secara langsung maupun melalui media internet seperti FB, YM, Email dan lain-lain


〰〰〰〰〰〰〰〰
TERAPINYA:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya,
,مَسْأَلَةٌ: فِيمَنْ أَصَابَهُ سِهَامُ إبْلِيسَ الْمَسْمُومَةُ؟
Pertanyaan:
Bagaimana mengatasi apabila seorang terkena panah iblis yang beracun itu?
?الْجَوَابُ: مَن
ْ أَصَابَهُ جُرْحٌ مَسْمُومٌ فَعَلَيْهِ مِمَّا يُخْرِجُ السُّمَّ وَيُبْرِئُ الْجُرْحَ بِالتِّرْيَاقِ وَالْمَرْهَمِ وَذَلِكَ بِأُمُورٍ مِنْهَا
Jawaban:
Barangsiapa yang menderita luka beracun maka WAJIB atasnya mengeluarkan racun dan mengobati luka tersebut dengan pencegahan dan obatnya,yaitu dengan beberapa perkara berikut ini:

PERTAMA
:أَنْ يَتَزَوَّجَ أَوْ يَتَسَرَّى، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّمَا مَعَهَا مِثْلُ مَا مَعَهَا}. وَهَذَا مِمَّا يُنْقِصُ الشَّهْوَةَ وَيُضْعِفُ الْعِشْقَ“
Hendaklah dia MENIKAH atau memiliki hamba sahaya (yang didapatkan dari medan jihad,pen), karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang melihat kecantikan seorang wanita hendaklah dia segera mendatangi istrinya, karena apa yang ada pada wanita itu sama saja dengan yang ada pada istrinya.”
Maka obat ini akan mengurangi syahwat dan melemahkan penyakit mabuk cinta.”

KEDUA:
:الثَّانِي: أَنْ يُدَاوِمَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَقْتَ السَّحَرِ وَتَكُونُ صَلَاتُهُ بِحُضُورِ قَلْبٍ وَخُشُوعٍ وَلْيُكْثِرْ مِنْ الدُّعَاءِ بِقَوْلِهِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك، فَإِنَّهُ مَتَى أَدْمَنَ الدُّعَاءَ وَالتَّضَرُّعَ لِلَّهِ صُرِفَ قَلْبُهُ عَنْ ذَلِكَ كَمَا قَالَ تَعَالَى: كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Hendaklah dia menjaga shalat lima waktu dan senantiasa berdoa, merendahkan diri kepada Allah ta’ala (bersungguh-sungguh berdoa) di waktu sahur.
Dan hendaklah shalatnya dengan kehadiran hati dan khusyu’ serta memperbanyak doa:
:يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك
“Wahai Zat yang membolak-balikan hati tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu, wahai Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu dan Rasul-Mu.”
Karena sesungguhnya, jika seseorang selalu berdoa dan merendah kepada Allah ta’ala maka hatinya akan dipalingkan dari penyakit tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala,
,كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”
[Yusuf: 24]

KETIGA:
:الثَّالِثُ: أَنْ يَبْعُدَ عَنْ سَكَنِ هَذَا الشَّخْصِ، وَالِاجْتِمَاعِ بِمَنْ يَجْتَمِعُ بِهِ، بِحَيْثُ لَا يَسْمَعُ لَهُ خَبَرًا وَلَا يَقَعُ لَهُ عَلَى عَيْنٍ وَلَا أَثَرٍ، فَإِنَّ الْبُعْدَ جَفَى. وَمَتَى قَلَّ الذِّكْرُ ضَعُفَ الْأَثَرُ فِي الْقَلْبِ، فَيَفْعَلُ هَذِهِ الْأُمُورَ وَلْيُطَالِعْ بِمَا تَجَدَّدَ لَهُ مِنْ الْأَحْوَالِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ“
Menjauhi tempat tinggal lawan jenis tersebut, dan jangan bergaul dengan orang-orang yang mengenalnya, sehingga dia tidak lagi mendengarkan tentang kebaikannya (ketampanannya, kecantikannya, kekayaannya, dll), serta tidak lagi melihatnya dan merasakannya.
Karena dengan berjauhan akan melupakannya, dan apabila sedikit penyebutan tentangnya maka melemah pula pengaruhnya di dalam jiwa, maka hendaklah dia lakukan perkara-perkara ini dan berusaha melihat hal-hal yang baru baginya (yang dapat melupakan si dia).
Wallahu subhaanahu A’lam.


[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]..

Kesabaran Ulama' dalam Berdakwah Tauhid

CERMIN KESABARAN ULAMA AHLUSSUNNAH DALAM BERDAKWAH:

BUKANLAH PERKARANYA MANUSIA MENGENALMU AKAN TETAPI PERKARANYA ENGKAU MENGENAL ALLAH


Syaikh Sulaiman Ar Ruhaili hafizhahullah wa nafa'ana bi'ilmihi berkata:

"Orang mukmin yang mengetahui hak Allah Ta'ala, maka dia akan bersabar di atas dakwah kepada tauhid meskipun dia tinggal seorang diri. Sekiranya dia tinggal seorang diri dalam sebuah kampung dalam kondisi ditinggalkankan orang-orang dan mereka menjauhinya dikarenakan dia menyeru manusia kepada tauhid, maka dia akan tetap menyeru kepada tauhid dan merealisasikan tauhid.

Apabila diajarkan tauhid, maka yang datang sepuluh orang, namun apabila diajarkan kisah-kisah yang datang lima puluh ribu orang. Seorang mukmin mengajarkan tauhid meskipun ada seorang di sisinya dan dia akan bersabar serta bergembira terhadap pengajaran tauhidnya.

Demi Allah wahai saudara-saudara! Kami mendapati guru-guru kami ini, guru kami Syaikh Abdul Aziz Asy Syibl semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas adalah seorang yang bertakwa kepada Allah Ta'ala lagi pilihan dan kami tidaklah merekomendasi seorang pun di atas Allah, namun kami mengenal Beliau dengan agama, ibadahnya, dan lembutnya hati.

Asy Syaikh pernah mengajariku di ma'had ats atsanawi. Jika disebutkan para sahabat Nabi, maka Beliaupun menangis --semoga Allah Ta'ala merahmatinya dengan rahmat yang luas---, seorang yang bertauhid, seorang yang tauhidnya menakjubkan, hafizh (hafal) Al Quran. Dulu Syaikh Ibnu Shalih rahimahullah berkata: saya tidak tenang dalam shalatku kecuali bila ada Syaikh Asy Syibl dibelakangku maksudnya Syaikh orang yang hafizh.

Syaikh rahimahullah meninggal di masjid ini. Beliau mengajar disana setelah meriwayatkan, demi Allah saya melihat dengan kedua mataku wahai saudara-saudara, Beliau mengajar dan tidak ada muridnya! Beliau duduk di atas kursi dan disana tidak ada seorangpun yang duduk, namun Syaikh mengajar tauhid hingga selesai lalu shalat Isya berjamaah dan pulang. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. Demikianlah kami melihat sebagian guru kami.

Sebagian murid Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menyebutkan kepadaku bahwa Syaikh di awal kegiatan Beliau mengajar tidaklah seorangpun datang, sehingga muadzin masjid disuruh bermajelis bersama Beliau lalu Syaikh mengajar sebab Beliau mengajar karena Allah Ta'ala bukan karena publik. Jika seseorang itu melakukan sesuatu yang wajib atasnya di sisi Allah karena Allah, maka padanya ada hikmah.

Sebagian orang---wal'iyadzubillah---tertawa setan atasnya dengan mengatakan kepadanya: engkau bila mengajar tauhid maka tidak seorangpun yang akan datang kepadamu, namun bila engkau mengajar fikih terutama matan madzhab Malik ketika engkau ada di kalangan pengikut madzhab Malik atau matan madzhab Hanafi ketika berada di kalangan pengikut madzhab Hanafi atau madzhab Syafi'i ketika engkau ada di kalangan pengikut madzhab Syafi'i atau matan Hanbali ketika engkau ada di kalangan pengikut madzhab Hanbali, niscaya akan hadir banyak orang di sisimu!

Seluruhnya ilmu, mengajar fikih tidak diragukan lagi bahwasannya fikih kebaikan dan ilmu namun seseorang jangan meninggalkan pengajaran tauhid dikarenakan sedikitnya orang yang hadir di sisinya dan inilah buah pengetahuan kita tentang pentingnya tauhid.

Dari sini kalian mengetahui kepahaman Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam membuat bab kitab ini dan membuat urutan kitab ini, dimana Beliau mengawalinya dengan pembukaan yang menjadikan seorang mukmin terikat dengan tauhid dan merealisasikan perkara yang telah kita menyebutkannya.

Wahai saudara-saudara; bukanlah perkaranya orang-orang mengenalmu akan tetapi perkaranya engkau mengenal Allah.

Betapa banyak ulama dan syaikh yang kita mengenal dan mendapati mereka tidak dikenal mayoritas orang, namun mereka termasuk hamba Allah pilihan secara ilmu dan pengajaran seperti orang yang sudah saya sebutkan yaitu guru kami Syaikh Abdul Aziz Asy Syibl rahimahullah yang mungkin mayoritas kalian tidak mengenalnya, akan tetapi Beliau termasuk ulama dan hamba yang taat.

Guru kami Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz Asy Syibl--- rahimahullah rahmatan wasi'ah--- guru dan ustadz saya meninggal ketika muda rahimahullah. Seorang da'i tauhid, ulama tauhid, dan termasuk orang yang giat beribadah, tidaklah saya mengetahui Beliau meninggalkan shalat Dhuha. Beliau dulu menyelinap di antara pohon di Fakultas Syariah dan shalat Dhuha-- rahimahullah rahmatan wasi'ah--.

Betapa banyak ulama yang taat tidak kalian kenal, namun Allah mengenal dengan pengetahuan mereka sehingga perkaranya-- wahai saudara-saudara--bukanlah orang-orang mengenalmu. Bukanlah perkaranya keberadaanmu di depan publik, bukanlah perkaranya engkau populer.

Demi Allah! Sesungguhnya popularitas seringkali menjadi bencana atas seseorang. Akan tetapi seseorang hendaknya mengenal Allah dan menjadi hamba Allah yang shalih, orang yang memperbaiki, orang yang bersungguh-sungguh dalam mencurahkan apa yang dia mampu untuk mendekatkan manusia kepada Allah Ta'ala.

Wahai para penuntut ilmu janganlah sekali-kali popularitas menjadi cita-cita kalian. Janganlah kalian mengalihkan perhatian untuk dikenal orang akan tetapi antusiaslah untuk engkau mengenal Allah. Perbaikilah hubungan yang ada antara kalian dan Allah Ta'ala. Adapun apa yang lebih dari itu, maka urusannya kembali kepada Allah karena Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Sungguh engkau lebih baik meninggal dan tidak dikenal, namun kedudukanmu tinggi di surga disebabkan engkau mati dalam kondisi tidak dikenal. Namun mengenalnya manusia kepadamu seringkali sebagai sebab bencana atasmu.

Oleh karena itu antusiaslah terhadap apa yang bermanfaat kepadamu. Antusiaslah terhadap perkara yang mengangkat derajatmu yaitu engkau mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan melakukan perkara yang diridhai Allah Ta'ala. Apabila engkau mengetahui bahwa ini diridhai Allah, engkaupun antusias terhadapnya disertai kelembutan terhadap manusia dan beradab terhadap manusia.

Adapun manusia ridha terhadapmu, maka ini perkaranya sesuai kehendak Allah dan Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Pelajaran Ketiga/Syarh Kitabut Tauhid

https://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=162203#entry740031

Dikutip dari
http://telegram.me/ukhwh