Memang sebaiknya ketika kita menemukan pemikiran yang menyimpang dari aqidah Islam yang lurus, kita dianjurkan untuk meluruskannya dengan cara baik-baik. Bukan hanya sekedar mengeluarkan fatwa sesat atau fatwa kafir belaka.
Para ulama wajib menemui tokoh aliran-aliran yang dianggap menyimpang untuk bisa melakukan tanya jawab secara langsung tentang kebenaran pendapat mereka. Upaya ini perlu ditempuh sebagai langkah awal sebelum memutuskan vonis sesat.
Sebab biasanya penyimpangan pemikiran itu memang diproduksi oleh masing-masing tokoh yang ada di dalam suatu aliran. Maka tokoh-tokoh inilah yang seharusnya diajak bicara panjang lebar. Sebab siapa tahu apa yang diisukan di tengah masyarakat tentang sesatnya suatu aliran, ternyata hanya tuduhan belaka. Maka pertemuan langsung antara tokoh utama suatu aliran dengan para ulama lainnya akan bisa dijadikan sebagai sarana tabayyun yang baik.
Namun kita akui juga bahwa para ulama acapkali kurang mendapatkan respon positif dari para pemuka aliran-aliran itu. Dan seringkali pula justru para pemuka aliran itu merahasiakan dirinya, bahkan menghindar dari dialog langsung baik yang bersifat terbuka maupun tertutup. Sehingga terkesan ada kucing-kucingan dalam tiap masalah.
Misalnya, di tengah masyarakat terjadi keresahan yang diakibatkan adanya pendapat yang aneh dan asing dari salah satu anggota sebuah aliran tertentu. Lalu hal ini direspon oleh para ulama dengan mengundang pimpinan aliran itu untuk tabayyun. Sayangnya, seringkali undangan ini tidak direspon dengan baik. Bahkan ada kesan menghindar dari tabayyun itu.
Padahal kalau memang mereka mengklaim bahwa ajaran yang mereka bawa itu benar dan bisa dipertanggung-jawabkan, seharusnya undangan itu ditanggapi dengan baik. Bahkan kalau perlu, para tokoh utama aliran itu mempresentasikan tesis-nya di depan majelis ulama. Tentu saja dengan dilengkapi argumentasi dalil yang kuat. Seandainya apa yang mereka sampaikan memang mengandung kebenaran, pastilah para ulama akan menerima dan merespon aliran itu dengan positif. Sebaliknya, kalau yang disampaikan justru berisi hal-hal yang merusak aqidah, tentu saja mereka harus bisa menjawab dengan jujur dan ksatria.
Barangkali justru pada bagian inilah yang sering kurang mampu dihadapi oleh berbagai tokoh aliran itu. Mereka seringkali tidak siap ketika tesis mereka diuji secara ilmiah di dalam forum terbuka pada ahli syariah dan aqidah. Secara psikologis memang lebih mudah mengajarkan doktrin-doktrin kepada pengikut yang sejak awal sudah menyatakan kesetiaan dengan bai'at atau sejenisnya ketimbang harus tampil mempertahankan doktrin itu di depan majelis ulama.
Maka cukup dengan melihat keciutan nyali saja, kita bisa dengan mudah membedakan, manakah pemikiran yang benar dan mana yang beraroma sesat. Dan apa yang mereka lakukan itu sangat berbeda dengan apa yang dilakukan para nabi dan rasul ketika mengajarkan agama. Semua nabi menyampaikan ajaran yang dibawanya dengan hujjah dan dalil yang kuat. Mereka tidak pernah merasa takut atau minder ketika harus menyampaikan ajarannya di depan majelis yang paling ilmiyah sekalipun.
Para pemuka Quraisy seringkali meminta Nabi Muhammad SAW untuk berdialog dan mempresentasikan ajaran yang dibawanya. Dan Rasulullah SAW pun meresponnya dengan positif. Argumen demi argumen, dalil demi dalil serta nalar demi nalar dengan rinci beliau jelaskan, hingga tak satu pun para pemuka bangsa Arab itu yang mampu menolak kebenaran ajaran beliau, kecuali semata-mata karena keras hati. Bahkan Kaisar Heraklius pun setelah mempelajari dengan seksama tentang ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW, beliau mengakui kebenaran ajaran itu, meski tidak masuk Islam.
Sedangkan para tokoh aliran itu nyaris tak satu pun yang berani tampil mempresentasikan ajaran yang didoktrinkannya. Mereka hanya jadi tokoh untuk internal mereka saja, di luar komunitas mereka, tokoh itu bukan apa-apa, unkown dan nobody. Tidak ada sesuatu yang berharga dan teruji secara ilmiyah yang bisa dibanggakan dari mereka.
Jalan Keluar
Bila kita sudah yakin tidak berhasil membuat tokoh alira itu berani keluar kandang, sementara pemikiran sesatnya terus saja menyerang organ-organ tubuh umat Islam yang sehat, maka perlu dipikirkan tindakan lain.Yang barangkali bisa dipikirkan adalah ibarat tindakan dokter untuk membasmi kuman penyakit pada tubuh. Yaitu dengan menyuntikkan serum yang dapat melemahkan ke dalam tubuh pasien.
Dalam hal ini posisi anda memang cukup strategis, sebab anda tidak dianggap unsur luar yang harus dimusuhi atau diperangi. Anda dianggap sebagai 'orang dalam', sehingga mereka merasa lebih aman dan percaya dengan keberadaan anda di dalam aliran itu.
Jadi secara perlahan tapi pasti, anda bisa memainkan peran yang sangatberarti untuk bisa mengembalikan pemikiran sesat yang ada di dalamnya. Jangan berpikir anda menjadi orang munafik, sebaliknya justru anda punya peran mulia bak seorang double agent yang sedang menjalankan misi rahasia.
Tidak ada salahnya bila anda berupaya akitf dan masuk ke dalam inner circle dalam komounitas itu, agar anda bisa punya pengaruh dulu. Sebelum kemudian anda bisa nantinya melakukan proses pembaharuan secara sitematis. Anda bisa mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh Malcom X ketika melakukan pembaharuan di dalam komutinas Black Moslem di bawah kekuasaan Elijah Muhammad.
Sedangkan contoh dari wajah buruknya, mungkin seperti peran para orientalis atau tokoh sekuleris yang kerjanya tiap hari melemparkan pemikiran yang merusak, tetapi dengan topeng ilmiyah dan pembaharuan. Hanya saja yang anda lakukan sebaliknya, yaitu dengan 'topeng pembaharuan', anda pelan-pelan membenahi pemikiran rusak yang ada di dalam aliran itu. Toh kita pun masih berprasangka baik bahwa tidak semua ajarannya buruk, pasti masih ada yang baik. Maka yang buruk dan menyimpang itu saja yang perlu diperbaiki secara sistematis.
Yakinlah bahwa peran anda di dalam aliran itu bagai serum yang mematikan bibit penyakit di tengah umat. Dan posisi anda ini sangat strategis, sebuah posisi yang barangkali para ulama sekalipun tidak mampu menggapainya.
Semoga Allah SWT memudahkan jalan anda dalam rangka memperbaiki umat ini dari ketersesatannya. Amien
Ahmad Sarwat, Lc.
0 Post a Comment: